Iran Sebut Tuduhan Rudal Jarak Jauh Netanyahu sebagai Omong Kosong

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 9 Okt 2025, 07:00
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Arsip Foto - Rabu, 8 Januari 2020 Bendera Iran yang berada di markas besar PBB di  New York, AS. Arsip Foto - Rabu, 8 Januari 2020 Bendera Iran yang berada di markas besar PBB di New York, AS. ((Antara) )

Ntvnews.id, Taheran - Pemerintah Iran dengan tegas membantah tuduhan yang dilontarkan oleh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengenai dugaan pengembangan rudal yang diklaim mampu menjangkau wilayah utama Amerika Serikat (AS). Iran menilai pernyataan Netanyahu itu hanyalah “ancaman imajiner”.

Dalam wawancara bersama podcaster asal AS, Ben Shapiro, pada Senin, 6 Oktober 202, waktu setempat, Netanyahu memperingatkan terkait program rudal Iran. Ia mengatakan: “Iran saat ini sedang mengembangkan ... rudal balistik antarbenua untuk jangkauan 8.000 kilometer.”

Lebih lanjut, Netanyahu menjelaskan dampak dari kemampuan tersebut. “Apa artinya itu? Mereka menambah 3.000 kilometer lagi dan mereka sudah mendapatkan ... Kota New York sebagai target, Washington, Boston, Miami, Mar-a-Lago,” ujarnya, menyinggung kediaman Presiden Donald Trump di Florida.

Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengecam keras pernyataan Netanyahu. Dalam pernyataannya yang dikutip AFP, Rabu, 8 Okyobe, Araghchi menyebut Israel tengah berupaya mendistorsi fakta dengan menggambarkan kemampuan pertahanan Iran sebagai ancaman.

“Israel sekarang berupaya menjadikan kemampuan pertahanan kami sebagai ancaman imajiner,” tulis Araghchi melalui media sosial X.

Baca Juga: Soal Atlet Israel di Kejuaraan Senam 2025, Menlu Sugiono: Tak Ada Permintaan Izin ke Kemenlu

Iran diketahui memiliki persenjataan rudal balistik buatan dalam negeri dalam jumlah besar, termasuk rudal Shahab-3 yang memiliki jangkauan hingga 2.000 kilometer—jarak yang cukup untuk mencapai wilayah Israel.

Sebelumnya, pada pertengahan Juni, Iran dan Israel sempat terlibat konflik selama 12 hari. Dalam perang singkat itu, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap berbagai fasilitas militer, politik, dan nuklir di wilayah Iran. Sebagai balasan, Teheran menembakkan rudal dan mengerahkan drone ke sejumlah target di Israel, bahkan menyerang pangkalan militer terbesar AS di Qatar setelah Washington turut mengebom fasilitas nuklir Iran.

Sejak diberlakukannya gencatan senjata pada 24 Juni, pejabat politik dan militer Iran terus mengingatkan kemungkinan terjadinya konflik baru. Mereka menegaskan bahwa Iran siap berperang, namun tidak menginginkan pecahnya perang baru di kawasan.

Baik Israel maupun negara-negara Barat kerap menuding Iran tengah mengembangkan senjata nuklir dan rudal yang dapat membawa hulu ledak nuklir. Namun, Teheran secara konsisten membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa program nuklirnya semata-mata ditujukan untuk kebutuhan energi sipil dan penelitian medis.

x|close