Dewan Pers Ingatkan Jurnalis Pakai AI dengan Bijak

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 9 Okt 2025, 16:21
thumbnail-author
Beno Junianto
Penulis & Editor
Bagikan
Ketua Dewan Pers Indonesia untuk periode 2025-2028 adalah Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Ketua Dewan Pers Indonesia untuk periode 2025-2028 adalah Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. (BENO NTV)

Ntvnews.id, Jakarta - Dewan Pers bersama PT GoTo menggelar seminar ‘Literasi Media di Era Artificial Intelligence (AI): Membangun Masyarakat dan Jurnalisme yang Etis dan Bertanggung Jawab’, di Hall Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis 9 Oktober 2025. Acara tersebut juga didukung oleh pemerintah melalui wakil dari Kemkomdigi.

Ketua Dewan Pers Komaruddin Hidayat mengatakan, seminar ini digelar sebagai pengingat agar wartawan serta masyarakat kritis serta bijak dengan perkembangan AI.

GoTo bersama Dewan Pers, ini melakukan satu forum ini mengingatkan baik wartawan, baik masyarakat, agar kritis dan bijak,” kata dia. Komaruddin menyatakan, pendekatan kritis ini penting untuk melatih penalaran masyarakat. Serta bagi para pekerja media agar memiliki etika moral.

Pendekatan kritis ini penting sekali, melatih agar masyarakat itu waras nalarnya, dan kedua kita punya tanggung jawab etika, moral, sekarang ini mungkin ya yang nama etika moral itu agak terpinggirkan, dan kami sedih sekali,” katanya.

Farida Dewi Maharani saat ini menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Ekosistem Media  <b>(BENO NTV)</b> Farida Dewi Maharani saat ini menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Ekosistem Media (BENO NTV)

"sosmed sekarang ini pilar demokrasi yang kelima, setelah pers pilar keempatpowerfull setelah ada AI, AI positifnya adalah sangat terbuka, mudah diakses, sehingga dalam dunia berbisnis, akademik, sangat membantu informasi. Namun saat ini AI dimanfaatkan sebagai sarana hoaks dan untuk menipu, seperti kasus kebakaran di Los Angeles. Isunya masjid terbakar di sana, saya cek tidak benar, tidak masjid terbakar di los angelesai itu mitra smart saat ini, chat GPT atau lainnya, anda tanya apa, semua muncul dari situ. Hanya dia tanpa kesadaran, generatif. smart mesin sangat melayani, tapi jangan tanya etika kepada AI,' ujarnya.

Dalam acara ini, turut menghadirkan sejumlah pemateri yakni Pelaksana tugas alias Plt Direktur Ekosistem Media Komdigi Dewi Maharani membahas 'Tantangan Regulasi Media di Era Artificial Intelligence”, serta Ketua Komisi Kemitraan, Hubungan Antar Lembaga dan Infrastruktur, Dewan Pers Rosarita Niken Widiastuti soal 'Etika Jurnalistik dalam Pemanfaatan AI”

Rosarita mengingatkan bahwa masih banyak masalah potensial dari penggunaan AI, "Masalah potensial

dari AI. AI dapat salah atau bias,serta menghasilkan konten yang menyesatkan. Ancaman terhadap peran jurnalis dan independensi jurnalistik resiko penyebaran hoaks, plagiarlisme dan manipulasi konten termasuk deepfake," ucap Rosarita.

Rosarita juga mengatakan saat ini belum ada payung hukum yang secara eksplisit melindungi karya jurnalistik dari pengambilan konten oleh teknologi AI.

Sekarang ini, AI itu kan mengambil karya-karya jurnalistik, karena di Undang-Undang Hak Cipta belum ada bahwa karya jurnalistik itu dilindungi oleh undang-undang,” ujar Niken dalam acara Literasi Media di Era AI di Gedung Dewan Pers, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (9/10).

“Dan tentunya dari Dewan Pers sedang mengusahakan bagaimana mengusulkan agar karya jurnalistik itu bisa masuk di dalam Undang-Undang Hak Cipta,' tambahnya.

Sementara itu, Direktur Public Affairs & Communication GoTo, Ade Mulyana, menegaskan pentingnya literasi media di tengah derasnya arus informasi digital. Menurutnya, kolaborasi antara GoTo dan Dewan Pers menjadi langkah strategis untuk memperkuat ekosistem media yang beretika dan bertanggung jawab.

Hal itu ia sampaikan dalam sambutannya pada kegiatan Literasi Media di Era Artificial Intelligence (AI) yang bertajuk Membangun Masyarakat dan Jurnalisme yang Etis dan Bertanggung Jawab bersama dewan pers.

Lanskap media dan teknologi menghadirkan tantangan serius, mulai dari banjir informasi yang tidak terverifikasi hingga meningkatnya penyebaran misinformasi dan disinformasi di berbagai platform. Dan dalam konteks ini literasi media menjadi kunci,” ujar Ade di Hall Dewan Pers.

Ia menyebut, GoTo merasa terhormat bisa berperan dalam inisiatif Dewan Pers memperkuat profesionalisme media.

“Kerjasama antara GoTo dan juga Dewan Pers lahir dari semangat yang sama, yaitu memastikan bahwa teknologi khususnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence digunakan bukan untuk menggantikan peran jurnalis, tetapi untuk memperkuat peran manusia dalam menjaga integritas dan juga kualitas informasi,” jelasnya.

Ade juga menyambut positif lahirnya regulasi baru yang mengatur penggunaan AI di dunia jurnalistik, yang tertuang dalam peraturan Dewan Pers nomor 1 tahun 2025 tentang pedoman penggunaan kecerdasan buatan dalam karya jurnalistik yang menjadi tonggak penting bagi industri media di Indonesia.

Baca Juga: Dewan Pers Serukan Media Tetap Profesional dan Jaga Keselamatan Liputan Aksi

x|close