Elektabilitas Zohran Mamdani Terdepan, Bakal Jadi Walikota Muslim Pertama New York?

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 30 Okt 2025, 15:21
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Andrew Cuomo, left, Zohran Momdani and Curtis Sliwa, right Credit: Hiroko Masuike/The New York Times/Bloomberg Andrew Cuomo, left, Zohran Momdani and Curtis Sliwa, right Credit: Hiroko Masuike/The New York Times/Bloomberg

Ntvnews.id, New York — Hanya beberapa hari menjelang pemilihan wali kota New York pada 4 November 2025 mendatang, atmosfer politik di kota tersebut semakin memanas. Pemungutan suara awal sudah dibuka sejak Sabtu, 25 Oktober 2025, dan ribuan warga telah menyalurkan hak pilih mereka lebih awal.

Meskipun berbagai jajak pendapat menempatkan calon dari Partai Demokrat, Zohran Mamdani, sebagai unggulan kuat, hasilnya diperkirakan tidak akan mencapai mayoritas mutlak. Jika itu terjadi, ia akan menjadi kandidat pertama yang menang tanpa mayoritas sejak John Lindsay pada 1969, dilansir dari The Telegraph, Kamis, 30 Oktober 2025.

Tiga kandidat tersisa

Tiga kandidat kini masih bertarung untuk menggantikan Wali Kota Eric Adams, yang memutuskan tidak maju untuk masa jabatan kedua pada September lalu.

Zohran Mamdani, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian New York berusia 34 tahun yang mewakili wilayah Astoria, Queens, berhasil mengejutkan banyak pihak dengan kemenangannya dalam pemilihan primer Partai Demokrat pada Juni lalu, mengalahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo.

Baca Juga: Trump Lempar Ancaman ke Calon Wali Kota New York yang Beragama Islam

Selain tampil sebagai calon Partai Demokrat, Mamdani juga masuk dalam daftar Partai Keluarga Pekerja, karena aturan pemilihan di New York memungkinkan sistem “pemungutan suara gabungan” atau fusion voting, di mana satu kandidat dapat diusung oleh lebih dari satu partai.

Kenaikan cepat Mamdani menjadi batu sandungan besar bagi Cuomo, 67 tahun, yang tengah berusaha melakukan comeback politik setelah mengundurkan diri sebagai gubernur New York pada 2021 akibat skandal pelecehan seksual. Pengacaranya, Rita Galvin, membantah tuduhan tersebut.

“Ini hanyalah penyelesaian politik tanpa penyelidikan. Gubernur Cuomo tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap siapa pun,” ujarnya kepada The New York Times tahun lalu.

Cuomo kini maju sebagai calon independen dengan slogan kampanye “Fight and Deliver”.

Di kubu Partai Republik, Curtis Sliwa—pendiri sekaligus CEO organisasi nirlaba pencegahan kejahatan Guardian Angels—terpilih tanpa lawan. Ia berharap bisa melupakan kekalahannya dari Eric Adams empat tahun silam.

Dukungan politik dan strategi kampanye

Platform Mamdani yang berfokus pada keadilan ekonomi menarik dukungan kuat dari kalangan muda. Ia mengusulkan pembekuan sewa yang dibiayai dengan pajak tambahan bagi warga kaya, layanan penitipan anak universal, serta transportasi bus gratis. Hampir dua pertiga pemilih berusia 18 hingga 34 tahun cenderung memilihnya, dan ia unggul hampir 40 poin di kalangan pemilih Asia.

Sebaliknya, Cuomo mengedepankan isu keamanan publik dengan janji menambah 5.000 personel ke dalam Kepolisian New York (NYPD) dan “menindak tegas kejahatan yang mengganggu ketertiban dan kualitas hidup.” Dukungan utamanya berasal dari pemilih berusia di atas 50 tahun, serta sebagian pemilih Republik moderat.

Baca Juga: Trump Umumkan Penurunan Tarif untuk China, Serentak Perintahkan Uji Coba Nuklir AS

Cuomo juga memiliki keunggulan besar di kalangan pemilih Yahudi, dengan lebih dari tiga kali lipat jumlah pemilih kelompok ini menyatakan dukungan kepadanya dibandingkan Mamdani. Kritik Mamdani terhadap Israel membuat Rabbi Elliot Cosgrove dari Sinagoga Konservatif Park Avenue di Upper East Side menyebutnya sebagai “ancaman bagi komunitas Yahudi New York.”

Sementara itu, fokus Sliwa pada isu penegakan hukum, pemangkasan birokrasi, dan pemerataan investasi di luar wilayah Manhattan yang makmur, belum berhasil menarik perhatian publik secara luas.

Kini, seruan agar ia mundur dan memberikan dukungan kepada Cuomo mulai muncul dari internal Partai Republik sendiri. Beberapa pihak bahkan meyakini hal ini sesuai dengan keinginan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Perlombaan penggalangan dana

Menurut catatan Dewan Keuangan Kampanye Kota New York, Cuomo memimpin dalam hal sumbangan pribadi dari individu, korporasi, dan serikat pekerja. Hingga akhir Oktober, ia telah mengumpulkan hampir 6 juta dolar AS.

Namun, Mamdani tetap unggul secara keseluruhan berkat skema Public Matching Funds atau Program Dana Pendamping Kota, yang meningkatkan sumbangan kecil dari warga hingga delapan kali lipat. Sistem ini dirancang agar kandidat lebih fokus pada interaksi dengan pemilih biasa ketimbang mencari dana dari kelompok berkepentingan besar.

Baca Juga: BI: Ekonomi Global Masih Melambat Akibat Kebijakan Tarif Amerika Serikat

Lewat skema itu, Mamdani berhasil mengumpulkan hampir 13 juta dolar AS dan menerima lebih dari 40.000 sumbangan individu, dua kali lebih banyak dari total gabungan dua rivalnya.

Ketepatan jajak pendapat

Seperti halnya pemilihan lain, jajak pendapat tidak lepas dari tingkat ketidakpastian. Hasilnya dapat bergeser beberapa poin dari angka yang dilaporkan, tergantung pada metode, jumlah responden, serta cara menangani pemilih yang belum menentukan pilihan.

Untuk meminimalkan bias, The Telegraph menggabungkan hasil dari berbagai lembaga survei, dengan bobot berdasarkan akurasi historis, ukuran sampel, dan kategori populasi yang disurvei—baik pemilih terdaftar maupun yang diperkirakan akan memberikan suara.

x|close