Rusia Tegaskan Dukungan ke China soal Taiwan, Tolak Segala Bentuk Kemerdekaan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 29 Des 2025, 05:50
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Peta Taiwan dan China Peta Taiwan dan China (VOA)

Ntvnews.id, Moskow - Rusia kembali menegaskan sikapnya yang menolak “segala bentuk kemerdekaan” Taiwan dan menyatakan dukungan penuh kepada China dalam menjaga kedaulatan serta keutuhan wilayah nasionalnya, di tengah meningkatnya dinamika geopolitik di kawasan Asia Timur.

Dilansir dari TASS, Senin, 29 Desember 2025, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyampaikan bahwa posisi Moskow terkait Taiwan telah lama bersifat tegas, konsisten, dan berulang kali ditegaskan hingga level tertinggi pemerintahan Rusia.

“Rusia mengakui Taiwan sebagai bagian integral dari China dan menentang segala bentuk kemerdekaan bagi pulau tersebut,” ujar Lavrov, seraya menegaskan kembali sikap tradisional Rusia yang sejalan dengan prinsip kebijakan “satu China”.

Baca Juga: Gempa M 7,0 Guncang Taiwan, Timbulkan Sejumlah Kerusakan

Lavrov menjelaskan bahwa Rusia berpijak pada prinsip bahwa persoalan Taiwan sepenuhnya merupakan urusan domestik Republik Rakyat China (RRT). Ia juga menilai Beijing memiliki dasar hukum yang sah untuk mempertahankan kedaulatan nasional serta keutuhan wilayahnya dari berbagai potensi ancaman.

Menanggapi kemungkinan meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan, wilayah perairan yang memisahkan daratan China dengan pulau Taiwan, Lavrov menyatakan bahwa Rusia akan terus mendukung China dalam menjaga persatuan nasionalnya. Ia mengaitkan dukungan tersebut dengan perjanjian persahabatan Rusia–China yang ditandatangani pada 2001 dan kembali diperpanjang pada 2021 untuk jangka waktu lima tahun.

Arsip - Bendera nasional Rusia terlihat di Kremlin, Moskow, Rusia, 6 Januari 2023. <b>(ANTARA)</b> Arsip - Bendera nasional Rusia terlihat di Kremlin, Moskow, Rusia, 6 Januari 2023. (ANTARA)

Dalam kesempatan yang sama, Lavrov turut melontarkan kritik terhadap arah kebijakan keamanan Jepang. Ia menilai pemerintah Tokyo telah “menempuh jalur menuju militerisasi yang dipercepat”, yang menurutnya berpotensi menimbulkan risiko bagi stabilitas kawasan Asia Timur.

“Dampak merugikan dari pendekatan ini terhadap stabilitas regional sudah sangat jelas. Tetangga kami di Jepang sebaiknya mempertimbangkan situasi secara matang sebelum mengambil keputusan yang tergesa-gesa,” katanya.

Baca Juga: Taiwan Tawarkan Teknologi Manufaktur Cerdas di Ajang Manufacturing Indonesia 2025

Pernyataan Lavrov tersebut disampaikan di tengah memanasnya hubungan antara Beijing dan Tokyo sejak 7 November. Ketegangan meningkat setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menyatakan bahwa kemungkinan serangan China terhadap Taiwan dapat dikategorikan sebagai situasi yang mengancam kelangsungan hidup Jepang.

Komentar itu memicu respons keras dari Beijing, termasuk seruan pembatasan perjalanan ke Jepang serta pemberlakuan kembali larangan impor makanan laut asal Jepang sebagai bagian dari langkah balasan diplomatik.

Di sisi lain, media lokal Jepang pada Jumat melaporkan bahwa kabinet negara tersebut telah menyetujui rancangan anggaran pertahanan terbesar sepanjang sejarah Jepang. Anggaran senilai 9,04 triliun yen atau sekitar 58 miliar dolar AS untuk tahun fiskal 2026 itu kembali menuai kritik dari China, yang menilai langkah tersebut dapat memperkeruh stabilitas kawasan.

x|close