Ntvnews.id, Jakarta - Ketegangan antara dua tokoh besar Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Elon Musk, kini menjadi sorotan publik setelah keduanya terlibat dalam perseteruan terbuka yang memicu dampak serius di pasar saham.
Awalnya dikenal sebagai sosok yang saling menghargai satu sama lain, sama-sama miliarder dengan pengaruh besar di dunia politik dan teknologi, namun hubungan Trump dan Musk kini berubah drastis.
Dikutip dari Carscoops, Jumat, 6 Juni 2025, perselisihan dimulai saat Musk mengecam salah satu RUU andalan Trump, menyebutnya sebagai "kekejian yang menjijikkan" dan menuding RUU tersebut penuh tipu daya serta menyebabkan lonjakan besar dalam utang nasional.
Musk bahkan menjuluki RUU tersebut sebagai "RUU Perbudakan Utang" dan menyerukan kepada para pengikutnya di platform X (sebelumnya Twitter) agar menekan anggota legislatif untuk menolak undang-undang tersebut.
Dia memperingatkan, "membawa Amerika ke ambang kebangkrutan adalah hal yang tidak dapat diterima".
Trump, yang semula bungkam, akhirnya menanggapi dengan serangkaian pernyataan di platform Truth Social.
Dia mengklaim pernah meminta Musk untuk menjauh dari pemerintahannya karena dinilai "sudah kelelahan", dan menuduh Musk menjadi "gila" setelah pemerintahannya mencabut mandat kendaraan listrik (EV) yang memaksa adopsi mobil listrik di pasar AS.
Trump juga memberikan ancaman tidak langsung dengan mengatakan, "cara termudah untuk menghemat uang adalah menghentikan subsidi dan kontrak pemerintah yang diterima Elon".
Komentar tersebut segera ditanggapi serius oleh pasar. Saham Tesla anjlok 14,27% dan ditutup pada level US$284,68 per lembar.
Musk membalas dengan menyatakan SpaceX akan "segera menonaktifkan wahana antariksa Dragon", sebuah keputusan yang berpotensi memengaruhi operasional NASA secara signifikan.
Meski ada alternatif seperti kapsul Starliner milik Boeing, kendaraan tersebut juga memiliki riwayat teknis yang bermasalah.
Tidak berhenti di situ, Musk melontarkan tuduhan serius jika Trump termasuk dalam "arsip Epstein" yang kontroversial, dan menyiratkan hal itu menjadi alasan arsip tersebut belum dipublikasikan.
Dia juga memperingatkan kebijakan tarif Trump bisa memicu resesi pada paruh kedua tahun ini.
Perseteruan ini tampaknya masih akan terus berlanjut. Jika tidak ada rekonsiliasi, ketegangan politik dan bisnis ini bisa memperburuk tantangan yang dihadapi Tesla dan memperuncing polarisasi di antara para pendukung kedua tokoh.