"Misalnya di satu tempat tidak ada pelabuhan. Supaya lebih efisien bisa saja beberapa perusahaan yang ada di sana membuat satu pelabuhan bersama. Sekarang ini kan banyak juga perusahaan-perusahaan yang membangun pelabuhan-pelabuhan mereka kecil-kecil. Akhirnya biaya operasionalnya tinggi. Sebenarnya bisa saja dibuat pelabuhan. Pasti biaya itu akan lebih rendah. Jadi sebenarnya kolaborasi cukup penting dilakukan khususnya di daerah-daerah terpencil misalnya di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera," paparnya.
Selain itu, kolaborasi dalam proses manajemen juga penting untuk dilakukan.
"Di pabrik kelapa sawit kan tidak semua pemilik-pemilik perusahaan itu yang benar-benar memahami bagaimana memanage operasional kebun dan pabrik. Masih ada juga pemilik perusahaan yang masih menggunakan manajemen yang belum direkrut dari orang-orang yang berpengalaman. Karena pengetahuan kurang sehingga biayanya tinggi dan produktivitas rendah," ucap Posman.
Melalui kolaborasi tersebut, kata Posman, profesional-profesional yang menawarkan jasanya sebagai konsultan bisa memberikan masukan-masukan. Sehingga perkembangan perusahaan tersebut bisa dipastikan perlahan-lahan akan naik.
Karena mulai dari A sampai Z proses produksi bisa efektif dan efisien.
"Misalnya biaya Rp500-Rp700 per kilogram di kebunnya dianggap sudah efisien. Padahal orang lain kan ada yang Rp400 ada yang Rp500 memang ada juga yang sampai Rp1.200 bahkan lebih ketika di daerahnya di Papua," terangnya.
"Di pabrik juga seperti itu. Biaya saya hanya Ro150 itu sudah hal yang biasa tetapi orang lain kan ada yang biayanya hanya Rp70," lanjutnya.