Belanja Masyarakat Ramadhan dan Idul Fitri 2025 Capai Rp248,1 Triliun

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 8 Apr 2025, 17:43
thumbnail-author
Katherine Talahatu
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyampaikan hal tersebut dalam acara Sarasehan Ekonomi yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia. Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyampaikan hal tersebut dalam acara Sarasehan Ekonomi yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyampaikan bahwa total belanja masyarakat selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2025 mencapai Rp248,1 triliun.  

"Belanja saat Ramadhan itu kelihatan naik di angka Rp248,1 triliun. Jadi natal, tahun baru, dan Ramadhan membantu daya ungkit daripada konsumsi kita," kata Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, di Jakarta, Selasa, 8 April 2025. 

Menurutnya, momen Natal, Tahun Baru, dan Idul Fitri telah berperan dalam mendorong peningkatan konsumsi nasional. 

Konsumsi masyarakat menjadi salah satu sektor kunci dalam menopang perekonomian Indonesia, terlebih di tengah situasi ekonomi global yang penuh tantangan.  

Baca juga: Airlangga Buka-bukaan IHSG Masih Negatif, Namun Tren Positif

Pasar keuangan juga mencerminkan fluktuasi yang terjadi, dengan IHSG yang sempat turun namun kini berbalik tren positif. 

Selain itu, meskipun nilai tukar rupiah mengalami pelemahan, kondisinya masih lebih baik dibandingkan banyak negara lainnya. 

"Nilai tukar rupiah juga relatif terjaga, walaupun ada pelemahan tetapi kalau kita bandingkan negara lain di Jepang pelemahan itu sampai 50 persen demikian pula beberapa negara lain, kita masih lebih baik," ungkap Menko Airlangga.  

Airlangga menambahkan bahwa yield treasury Indonesia dan obligasi masih menunjukkan kinerja yang baik, sementara cadangan devisa Indonesia juga terjaga stabil. 

Meski demikian, ia menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS).

"Trade policy uncertainty -nya juga tinggi, sehingga kita masuk dalam kebijakan yang tidak pasti, terjadi gejolak pasar uang seluruh dunia, pelemahan mata uang di emerging market, kemudian juga retaliasi tarif oleh China, kemudian rantai pasok global juga terganggu," katanya pula.

(Sumber: Antara) 

x|close