Ntvnews.id, Jakarta - Ketidakpastian di pasar saham global semakin terasa setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif baru untuk barang impor, yang memicu reaksi panik di kalangan konsumen.
Banyak orang bergegas membeli iPhone, mencoba menghindari potensi kenaikan harga akibat tarif tersebut.
Dikutip dari Phone Arena, Rabu, 9 April 2025, menurut Bloomberg, pengumuman tarif baru ini memicu kerumunan di toko-toko Apple, dengan pelanggan berlomba-lomba membeli iPhone sebelum harga naik.
"Hampir setiap pelanggan bertanya apakah harga akan segera naik," ujar seorang karyawan Apple.
Saksi mata menggambarkan serbuan pembeli ini seperti suasana Black Friday atau peluncuran model iPhone terbaru.
Penjualan iPhone melonjak tajam pada 5-6 April dibandingkan dengan hari-hari biasa dan periode yang sama tahun lalu.
Mark Gurman menyebut kebijakan harga Apple yang sudah lama diterapkan kini menghadapi ujian berat.
Kita mungkin akan melihat kenaikan harga pertama untuk model iPhone Pro sejak 2017, dengan iPhone X yang memulai harga dasar US$999 (sekitar Rp16,87 juta).
Namun, Apple tampaknya telah mengambil langkah-langkah untuk menunda kenaikan harga tersebut, setidaknya untuk beberapa bulan ke depan.
Langkah Empat Poin Apple Menghadapi Tarif Baru
Apple telah menyiapkan rencana khusus untuk mengatasi tantangan yang timbul akibat tarif baru ini.
Rencana tersebut terdiri dari empat langkah yang bertujuan untuk menangani masalah rantai pasokan dan kenaikan harga, termasuk memindahkan sebagian produksi ke negara-negara yang tidak terpengaruh oleh tarif.
Perusahaan tersebut telah meningkatkan stok iPhone dalam beberapa minggu terakhir. Berdasarkan laporan dari The Times of India, lima pesawat penuh dengan iPhone dan perangkat lain telah dikirim dari India ke AS pada minggu terakhir Maret.
Menurut Wall Street Journal (WSJ), Apple juga berencana untuk meningkatkan impor iPhone dari India karena dampak tarifnya lebih rendah dibandingkan impor dari China (26% vs 54%).
Rincian Tarif Trump untuk Produksi Apple
Berikut adalah tarif yang dikenakan untuk berbagai wilayah manufaktur Apple:
- India (iPhones, AirPods): 26%
- Vietnam (iPads, Macs, Watches, AirPods): 46%
- Malaysia (Macs): 24%
- Thailand (Macs): 37%
- Irlandia (iMacs): 20%
- Indonesia (AirTags, AirPods Max parts): 32%
- China (di semua perangkat): 54%
Meski tarif ini memberikan dampak signifikan pada industri teknologi, Apple kemungkinan tidak akan memindahkan produksinya ke AS, meskipun itu adalah tujuan awal tarif tersebut.
Hal ini karena pemindahan produksi akan membutuhkan investasi besar dan waktu yang lama, yang mungkin tidak dapat diselesaikan sebelum masa jabatan Trump berakhir.
Skenario yang lebih realistis adalah Apple menunggu dan menerima dampak dalam jangka pendek, berharap ada perubahan kebijakan di pemerintahan berikutnya.
Dampak pada Pasar Saham
Pengumuman tarif baru ini mengguncang pasar saham, menyebabkan penurunan signifikan pada indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average. Saham Apple jatuh tajam, dengan penurunan 20% sejak Rabu lalu.
Apakah Anda Harus Membeli iPhone Sekarang?
Pertanyaan ini menjadi sangat relevan saat ini. Meski ada kepanikan, seharusnya tidak perlu khawatir berlebihan.
Mengingat strategi yang telah diterapkan Apple, kemungkinan besar kita tidak akan mengalami kekurangan atau kenaikan harga dalam waktu dekat.
Seri iPhone 16 seharusnya aman dan tidak terpengaruh oleh tarif ini, karena stok yang ada seharusnya cukup untuk beberapa bulan ke depan.
Namun, kondisi akan lebih rumit untuk seri iPhone 17 yang akan datang. Dengan peluncuran iPhone 17 Air baru tahun ini dan potensi perubahan desain besar pada iPhone 17 Pro, harga mungkin akan terpengaruh lebih signifikan.