A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

Ekonom: Tarif Trump Turun Jadi 19 Persen, Ini Momentum Indonesia Beralih ke EBT - Ntvnews.id

Ekonom: Tarif Trump Turun Jadi 19 Persen, Ini Momentum Indonesia Beralih ke EBT

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 16 Jul 2025, 11:16
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Donald Trump Donald Trump (Biography.com)

Ntvnews.id, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, penetapan tarif dagang Amerika Serikat (AS) sebesar 19 persen terhadap Indonesia menjadi momentum untuk beralih ke Energi Baru Terbarukan (EBT).

Hal ini menyusul Presiden AS Donald Trump menyampaikan pemberlakuan tarif impor senilai 19 persen terhadap produk-produk Indonesia yang masuk ke negaranya. Kesepakatan ini juga mencakup komitmen RI membeli energi dari AS senilai 15 miliar dolar AS.

"Dengan outlook pelebaran defisit migas, sudah saatnya Indonesia mempercepat transisi dari ketergantungan fosil," kata Bhima di Jakarta, Rabu 16 Juli 2025.

Bhima mengatakan potensi pelebaran defisit migas dapat menekan kurs rupiah dan menyebabkan postur subsidi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 untuk energi meningkat tajam.

Baca juga: 300 Calon Lebih Petugas PPSU Bersaing Ketat di Kelurahan Papanggo Jakarta Utara

Prabowo Saat Ditelepon Donald Trump <b>(Instagram)</b> Prabowo Saat Ditelepon Donald Trump (Instagram)

"Alokasi subsidi energi 2026 yang sedang diajukan pemerintah adalah Rp203,4 triliun, tentu tidak cukup. Setidaknya butuh Rp300-320 triliun. Apalagi ketergantungan impor BBM dan LPG makin besar," kata Bhima.

Ia menilai, ketergantungan impor minyak sudah membebani APBN dan ada kekhawatiran ujungnya Indonesia harus beli minyak dari AS lebih mahal dari harga pasar karena terikat hasil negosiasi dagang.

"Kalau Indonesia disuruh beli produk minyak dan LPG tapi harganya di atas harga yang biasa dibeli Pertamina, repot juga. Ini momentum semua program transisi energi harus jalan agar defisit migas bisa ditekan," ujar dia.

Selain itu, Bhima juga mengatakan penerapan tarif ini juga menjadi momentum bagi Indonesia untuk mengeksplorasi pasar ekspor baru, contohnya di Uni Eropa hingga negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Baca juga: Remaja Wanita Asal Cijantung Dilaporkan Hilang, Sejak 11 Juli

Adapun harapan terkait peningkatan kerja sama dan relaksasi sejumlah aturan untuk melakukan ekspor ke kawasan Eropa pun menyusul Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) yang akhirnya disepakati setelah 10 tahun negosiasi.

"Pemerintah sebaiknya mendorong akses pasar ke Eropa sebagai bentuk diversifikasi pasar paska IEU-CEPA disahkan. Begitu juga dengan pasar intra-ASEAN bisa didorong. Jangan terlalu bergantung pada ekspor ke AS karena hasil negosiasi tarif tetap merugikan posisi Indonesia," tandasnya. (Sumber: Antara)

x|close