Mendag Pastikan Isu Udang RI Terkontaminasi Radioaktif Tak Ganggu Ekspor ke AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 8 Sep 2025, 18:31
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) berbincang dengan Menteri Perdagangan Budi Santoso (kiri) dan Ketua Umum idEA Hilmi Adrianto (kanan) pada pembuka Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2025 di Jakarta, Senin (8/9/2025). Menko Airlangga Hartarto menekankan agar Harbolnas 2025 yang dilaksanakan pada 10-16 Desember 2025 mendorong kinerja UMKM dengan menargetkan 50 persen produk yang dijual merupakan produk lokal dan menargetkan transaksi sebesar Rp35 triliun. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa/pri. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) berbincang dengan Menteri Perdagangan Budi Santoso (kiri) dan Ketua Umum idEA Hilmi Adrianto (kanan) pada pembuka Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2025 di Jakarta, Senin (8/9/2025). Menko Airlangga Hartarto menekankan agar Harbolnas 2025 yang dilaksanakan pada 10-16 Desember 2025 mendorong kinerja UMKM dengan menargetkan 50 persen produk yang dijual merupakan produk lokal dan menargetkan transaksi sebesar Rp35 triliun. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa/pri. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menegaskan bahwa temuan kandungan radioaktif Cesium-137 pada produk udang beku tidak akan berdampak pada keberlangsungan ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat (AS).

"Ya enggak ada masalah, kan ini yang kena kan empat kontainer kan? Yang lainnya kan enggak ada masalah," kata Budi usai menghadiri konferensi pers Road to Harbolnas 2025 di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin, 8 September 2025.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) melaporkan adanya kandungan Cesium-137 dalam udang mentah beku produksi PT Bahari Makmur Sejati (BMS Foods). Produk tersebut diketahui beredar di sejumlah gerai Walmart di Alabama, Arkansas, Florida, Georgia, Kentucky, Louisiana, Missouri, Mississippi, Ohio, Oklahoma, Pennsylvania, Texas, dan West Virginia.

Terkait temuan itu, FDA memutuskan menghentikan sementara impor dari PT Bahari Makmur Sejati sampai perusahaan tersebut bisa membuktikan mampu menyelesaikan persoalan kontaminasi.

Baca Juga: Kemendag Catat Transaksi UMKM Rp1,49 Triliun hingga Agustus 2025

Menanggapi hal ini, Budi menyampaikan bahwa pihaknya bersama kementerian terkait segera menindaklanjuti kasus tersebut sekaligus memperkuat langkah pencegahan ke depan.

"Justru kita itu bagaimana bisa mitigasi ke depan (agar) tidak ada kasus itu lagi," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa saat ini Kementerian Koordinator Bidang Pangan sedang menggelar rapat koordinasi dengan kementerian terkait untuk membahas isu tersebut.

Sementara itu, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) sebelumnya mengumumkan adanya temuan material radioaktif berupa scrap metal yang mengandung Cesium-137 di lokasi pengumpulan besi bekas di Kawasan Industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten.

"Ditemukan adanya scrap metal yang mengandung radioaktif sudah teridentifikasi dan kami berkoordinasi dengan kepolisian untuk mengamankan hal tersebut," kata perwakilan Bapeten di Serang, Jumat, 22 Agustus 2025.

Baca Juga: Kemendag Catat Potensi Ekspor Minyak Atsiri ke Rusia Capai Rp2 Miliar

Bapeten bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup, serta Polri disebut telah berkolaborasi untuk memastikan penggunaan nuklir di Indonesia tetap berada dalam kondisi aman bagi masyarakat maupun lingkungan.

Direktur Inspeksi Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif Bapeten, Zulkarnain, menjelaskan bahwa Cesium-137 merupakan zat radioaktif buatan yang umum dipakai untuk keperluan industri, misalnya pada alat ukur kepadatan maupun aliran.

"Cesium-137 termasuk kategori radiasi pengion yang mampu memberikan dampak biologi pada kesehatan manusia. Dalam jangka panjang, tentu saja ini juga sangat berbahaya," jelasnya.

Ia menambahkan, material radioaktif itu awalnya ditemukan di lapak warga yang tidak menyadari bahaya Cesium-137. Barang bekas yang terlihat seperti pasir atau batu sempat dipakai warga sebagai pondasi bangunan.

"Tim lapangan sudah melakukan penyisiran area sampai radius 20 meter, mengambil sampel, dan melakukan pengukuran. Kami menemukan tambahan lokasi dengan paparan radiasi cukup tinggi," tambahnya.

(Sumber: Antara)

x|close