Namun, perlu diingat bahwa skrining ini hanya pemeriksaan awal untuk mengidentifikasi kemungkinan gangguan kesehatan mental. Diagnosis lebih lanjut tetap dibutuhkan untuk mengetahui gangguan spesifik yang dialami.
Program ini diperkirakan akan menjadi salah satu program terbesar pemerintah, dengan cakupan hingga 280 juta orang, bahkan lebih besar dari program vaksinasi COVID-19 gratis yang mencakup sekitar 200 juta jiwa.
“Ini adalah program terbesar dari Kemenkes, dan juga mungkin salah satu dari pemerintah, karena cakupannya sampai 280 juta (orang). Akan dibicarakan waktu tepatnya, tapi rencananya memang Februari,” kata Menkes Budi.
Budi juga mengatakan pihaknya sedang mendiskusikan tanggal resmi dimulainya skrining dengan Presiden dan kepala daerah.
Baca juga : 5 Cara Efektif Meningkatkan Kesehatan Mental dan Fisik di Era Modern
“Saya mau menghadap Bapak Presiden dulu, sudah dapet jadwal minggu depan untuk diskusi kapan. Karena ini kan dilakukan di seluruh Indonesia serentak harus koordinasi sama kepala daerah,” tambahnya.
Survei nasional Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja (34,9%) atau sekitar 15,5 juta remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Selain itu, 1 dari 20 remaja (5,5%) atau sekitar 2,45 juta remaja Indonesia mengalami gangguan mental dalam periode yang sama.
Namun, hanya 2,6% remaja dengan masalah kesehatan mental yang mengakses layanan dukungan atau konseling untuk masalah emosi dan perilaku dalam 12 bulan terakhir.
(Sumber: Antara)