Ntvnews.id, Jakarta -Lebaran selalu menjadi momen kebersamaan yang penuh cerita, termasuk kebiasaan orang tua yang suka membandingkan anak-anak mereka. Kenapa hal ini sering terjadi?
Fenomena Orang Tua Membandingkan Anak Saat Lebaran
Lebaran adalah saat berkumpulnya keluarga besar, di mana semua anggota keluarga saling bertukar cerita. Tak jarang, orang tua mulai membandingkan anak-anak mereka dengan anak saudara atau tetangga.
Misalnya, siapa yang sudah sukses bekerja, siapa yang sudah menikah, atau siapa yang paling banyak memberi THR kepada orang tua.
Kebiasaan ini bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk kebanggaan terhadap pencapaian anak atau keinginan untuk memotivasi anak agar lebih baik lagi. Namun, bagi anak-anak, perbandingan ini bisa menjadi tekanan tersendiri.
Baca Juga : Cara Efektif Menghilangkan Karang Gigi dan Mencegahnya Kembali
Alasan Orang Tua Suka Membandingkan Anak
1. Rasa Bangga yang Spontan
Orang tua sering kali ingin menunjukkan keberhasilan anaknya sebagai bentuk kebanggaan. Mereka tidak bermaksud merendahkan anak lain, tetapi ingin berbagi cerita dengan saudara atau teman-temannya.
2. Budaya dan Tradisi
Dalam banyak budaya, terutama di Indonesia, kesuksesan anak sering kali dianggap sebagai refleksi keberhasilan orang tua dalam mendidik. Oleh karena itu, mereka merasa wajar membandingkan anak untuk menunjukkan bagaimana mereka telah mendidik dengan baik.
3. Motivasi Agar Anak Lebih Baik
Beberapa orang tua percaya bahwa membandingkan anak dengan orang lain bisa menjadi dorongan agar anak lebih berusaha mencapai hal yang lebih besar dalam hidupnya.
Baca Juga : Kutu Rambut Membandel? Ini Cara Menghilangkannya dengan Mudah!
4. Tekanan Sosial dari Lingkungan
Saat berkumpul dengan keluarga besar, ada tekanan sosial untuk menunjukkan bahwa anak-anak mereka sukses. Ini bisa membuat orang tua tanpa sadar ikut dalam "persaingan" membanggakan anak mereka.
Dampak Perbandingan terhadap Anak
- Meskipun niat orang tua baik, membandingkan anak secara terus-menerus bisa berdampak negatif, seperti:
- Merusak Kepercayaan Diri: Anak bisa merasa bahwa dirinya tidak cukup baik jika dibandingkan dengan yang lain.
- Menimbulkan Stres dan Tekanan: Tidak semua anak bisa menangani tekanan ini dengan baik, sehingga justru bisa membuat mereka cemas.
- Memicu Persaingan Tidak Sehat: Anak bisa mulai merasa harus selalu bersaing dengan saudara atau teman dekatnya, yang bisa merusak hubungan baik mereka.
Baca Juga : Mau Cairkan BPJS Ketenagakerjaan? Ini Cara dan Syarat Terbaru 2025
Cara Menyikapi dengan Bijak
Bagi anak yang sering dibandingkan, ada beberapa cara untuk menghadapinya:
1. Tetap Tenang dan Jangan Terpancing
Jika orang tua mulai membandingkan, cukup tersenyum dan jangan terlalu mengambil hati. Ingat bahwa mereka tidak selalu bermaksud buruk.
2. Fokus pada Diri Sendiri
Setiap orang punya jalan hidup yang berbeda. Alih-alih merasa minder, jadikan ini sebagai motivasi untuk berkembang sesuai dengan tujuan pribadi.
3. Komunikasi yang Baik dengan Orang Tua
Jika merasa tidak nyaman, cobalah bicara dengan orang tua dengan cara yang sopan. Katakan bahwa perbandingan ini bisa membuat stres dan lebih baik jika mereka fokus pada pencapaian masing-masing anak tanpa membandingkan.
4. Bangun Rasa Percaya Diri
Ingatkan diri sendiri bahwa kesuksesan tidak selalu bisa diukur dengan standar yang sama. Setiap orang memiliki pencapaian uniknya sendiri.
Membandingkan anak saat Lebaran sudah menjadi kebiasaan yang sering dilakukan orang tua, baik karena rasa bangga maupun tekanan sosial. Namun, penting bagi anak-anak untuk tidak terlalu terbawa perasaan dan tetap fokus pada perkembangan diri sendiri. Sementara itu, orang tua juga sebaiknya lebih bijak dalam mengekspresikan kebanggaan mereka agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak mereka.