Titiek Puspa, Lagu Terakhir Sang Maestro Kini Menggema di Surga

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 11 Apr 2025, 12:46
thumbnail-author
Ismoko Widjaya
Penulis
thumbnail-author
April
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Titiek Puspa Titiek Puspa (Instagram @titiekpuspa_official)

Ntvnews.id, Jakarta - Indonesia berduka. Sosok kharismatik nan-ramah yang suara dan lagunya mengiringi perjalanan bangsa selama lebih dari setengah abad, telah pulang ke haribaan abadi. Titiek Puspa, sang legenda, menutup lembaran hidupnya dengan tenang Kamis, 10 April 2025, di usia 87 tahun.

Kepergian Titiek Puspa bukan hanya meninggalkan ruang kosong di panggung musik Indonesia. Ia meninggalkan duka yang mengalir di hati jutaan orang yang pernah tertawa, menangis, bahkan jatuh cinta di bawah naungan lagunya.

Kehidupan Penuh Nada

Lahir dengan nama Sudarwati pada 1 November 1937. Titiek kecil sudah menapaki dunia seni sejak usia belia. Bukan jalan yang mudah, namun setiap tantangan justru membentuk dirinya menjadi seorang maestro. Lewat karyanya, ia mengubah luka menjadi kekuatan, mengubah kesedihan menjadi keindahan.

“Kupu-Kupu Malam,” “Bing,” “Apanya Dong,” hanyalah sekelumit dari ribuan karya yang ia persembahkan. Setiap lirik yang ia tuliskan, setiap nada yang ia lantunkan, adalah potongan dari jiwanya sendiri — jujur, tulus, dan abadi.

Titiek Puspa bukan hanya penyanyi. Ia adalah penyair, penutur kisah bangsa, dan penjaga mimpi-mimpi kecil rakyat Indonesia.

Perjuangan Melawan Batas

Titiek Puspa <b>(Instagram @titiekpuspa_official)</b> Titiek Puspa (Instagram @titiekpuspa_official)

Beberapa tahun terakhir, tubuh renta itu terus berjuang. Melawan penyakit, melawan waktu. Ia pernah mengalahkan kanker serviks, penyakit yang tak hanya menggerogoti fisik tetapi juga semangat banyak orang. Namun Titiek berbeda. Ia berdiri di atas panggung meski tubuhnya rapuh, menunjukkan bahwa kekuatan sejati lahir dari keteguhan hati.

Dalam sunyi perawatan medisnya, dalam sepi malam-malam panjang yang ia lalui di Wisma Puspa, ia tetap setia pada hidup. Bahkan di saat pembuluh darah di otaknya pecah, bahkan ketika napas menjadi berat, semangatnya tetap bersinar.

Titiek Puspa tidak sekadar bertahan. Ia terus menginspirasi.

Tangis di Pelataran Wisma Puspa

Kabar kepergiannya menyebar cepat, seperti daun-daun gugur yang ditiup angin. Pelataran Wisma Puspa di Pancoran, Jakarta Selatan, dipenuhi pelayat — dari artis senior, sahabat lama, hingga penggemar setia yang ingin mengucapkan selamat jalan.

Inul Daratista, salah satu penyanyi yang sangat dekat dengan Titiek, datang dengan air mata yang tak bisa dibendung. Ia menggenggam tangan jenazah sang legenda sambil berbisik pelan, “Ibu, terima kasih untuk segalanya.”

Bukan hanya Inul. Ucapan duka datang dari seluruh penjuru. Presiden Prabowo Subianto menyebut Titiek sebagai “semangat Indonesia yang tak akan padam.” Para artis, pejabat negara, dan masyarakat umum sepakat: Indonesia kehilangan salah satu penjaga jiwanya.

Titiek Puspa <b>(Instagram @titiekpuspa_official)</b> Titiek Puspa (Instagram @titiekpuspa_official)

Warisan yang Tak Pernah Usang

Warisan Titiek Puspa tidak berbentuk monumen batu, melainkan irama yang abadi dalam ingatan. Lagu-lagunya bukan sekadar hiburan, melainkan dokumen sosial: tentang cinta, tentang perjuangan, tentang harapan kecil dalam kehidupan sehari-hari.

Generasi muda yang mungkin tak pernah menyaksikan langsung kejayaannya tetap mengenalnya melalui suara-suara yang mengalun dari radio, televisi, hingga media sosial. Seorang gadis remaja hari ini mungkin tidak tahu betapa sulitnya perjalanan Titiek, namun dia bisa ikut bernyanyi pelan saat mendengar "Bing" berkumandang.

Itulah kekuatan sejati seorang maestro: karya yang melintasi waktu.

Lagu Terakhir yang Menggema di Surga

Titiek Puspa <b>(Instagram @titiekpuspa_official)</b> Titiek Puspa (Instagram @titiekpuspa_official)

Kini, panggung dunia telah kehilangan salah satu lampu sorotnya yang paling bersinar. Namun bukan berarti gelap. Cahaya Titiek Puspa telah menyebar ke dalam hati-hati yang mencintai musik, menghormati seni, dan percaya pada kekuatan keindahan.

Mungkin di suatu tempat di atas sana, Titiek kini sedang menyanyikan lagu baru — sebuah lagu tentang kedamaian, tentang pulangnya jiwa yang telah menyelesaikan tugasnya dengan sempurna.

Dan kita, yang ditinggalkan, hanya bisa berdiri di sini, mendengarkan gema lembut itu sambil berbisik dalam hati:

Terima kasih, Eyang Titiek. Karyamu hidup bersama kami, selamanya.

x|close