Rumor Bakal Ada Gempa Besar Landa Jepang, Pariwisata Berdampak

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 20 Mei 2025, 05:15
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Bendera nasional Jepang Bendera nasional Jepang (Sumber: Antara)

Ntvnews.id, Tokyo - Industri pariwisata Jepang terganggu oleh beredarnya rumor mengenai potensi gempa besar yang diprediksi terjadi pada Juli 2025. Isu ini menyebar luas melalui media sosial dan menyebabkan sejumlah wisatawan asal Hong Kong membatalkan rencana kunjungan mereka ke negeri sakura.

Informasi mengenai gempa yang akan terjadi ini berasal dari berbagai sumber dan menyebutkan tanggal yang berbeda-beda, namun penyebarannya terus berulang. Salah satu kabar bahkan menyebutkan bahwa isu tersebut berawal dari ramalan dalam sebuah manga yang menggambarkan Jepang akan dilanda gempa dahsyat pada Juli 2025.

Spekulasi mengenai gempa dalam waktu dekat juga banyak dibicarakan dalam grup Facebook yang memiliki ratusan ribu anggota, khususnya dari Hong Kong dan Taiwan.

Frankie Chow, pimpinan agen perjalanan CLS Holiday di Hong Kong, mengungkapkan bahwa pengaruh dari rumor ini sudah mulai terasa sejak Maret.

"Ramalan gempa bumi benar-benar mempengaruhi keputusan pelanggan kami," ujarnya, dikutip dari AFP, Selasa, 20 Mei 2025.

Baca Juga: Jepang Kini Manfaatkan AI untuk Cari Barang yang Hilang

Ia menyebut bahwa minat masyarakat untuk bertanya soal perjalanan ke Jepang mengalami penurunan tajam, hanya tersisa 70-80 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Saya belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya," tambahnya.

Banyak wisatawan memilih untuk mengalihkan tujuan liburan atau bahkan membatalkannya karena rasa khawatir.

Situasi ini sangat berbeda dengan tahun 2024, ketika Jepang dinobatkan sebagai destinasi wisata paling populer oleh pembaca Condé Nast Traveler. Saat itu, lebih dari 36 juta wisatawan internasional mengunjungi Jepang.

Sensitivitas terhadap isu ini dapat dimaklumi karena Jepang memang berada di wilayah rawan gempa. Meski demikian, negara ini memiliki kesiapan yang sangat baik, mulai dari sistem peringatan dini hingga standar bangunan tahan gempa. Namun, kenangan buruk akibat gempa dan tsunami pada 2011 yang menyebabkan ribuan korban jiwa kemungkinan masih membekas di benak banyak orang.

Pemerintah Jepang telah memberikan klarifikasi melalui akun resminya di media sosial X, menegaskan bahwa secara ilmiah tidak memungkinkan untuk meramalkan gempa bumi secara pasti, baik dari segi waktu maupun lokasi. Namun, penjelasan tersebut tampaknya belum cukup untuk menghilangkan rasa takut masyarakat.

Baca Juga: Jepang dan China Memanas, Ada Apa?

Kekhawatiran semakin meningkat setelah adanya video viral dari seorang pakar feng shui yang menganjurkan agar orang-orang tidak bepergian ke Jepang selama musim panas ini. Video tersebut sudah ditonton lebih dari 100 ribu kali.

Seorang warga Hong Kong bernama Don Hon (32) menyatakan bahwa meskipun ia tidak sepenuhnya mempercayai rumor tersebut, ia tetap memilih untuk berhati-hati.

"Saya anggap ini sebagai langkah pencegahan. Saya tidak akan buat rencana ke Jepang dulu," katanya.

Dampak nyata dari isu ini mulai terlihat. Maskapai penerbangan Greater Bay Airlines memutuskan untuk mengurangi frekuensi penerbangan ke wilayah Tokushima, dari tiga kali seminggu menjadi dua kali, dengan alasan menurunnya permintaan akibat beredarnya rumor tersebut. Gubernur Miyagi, Yoshihiro Murai, menyayangkan kondisi ini.

"Kalau rumor tidak ilmiah di media sosial sampai mempengaruhi sektor pariwisata, ini bisa jadi masalah besar," ujarnya.

x|close