Ntvnews.id, Jakarta - Seorang pria berusia 21 tahun di Iran mengalami ereksi sebagian atau semi permanen yang berlangsung selama tiga bulan. Ketika diperiksa oleh dokter, ditemukan bahwa pria tersebut memiliki tato yang membentang di sepanjang bagian atas batang penis serta tato lain di kepala penisnya.
Dilansir dari Live Science, Rabu, 21 Mei 2025, pria ini awalnya menginformasikan bahwa ia menato penisnya beberapa tahun lalu, namun gejala yang dialaminya mulai muncul tak lama setelah proses tato dilakukan.
Pasien menjelaskan bahwa tato dibuat menggunakan jarum genggam, sebuah teknik tradisional yang umum digunakan dalam pembuatan tato.
Setelah prosedur, ia mengalami pendarahan dan rasa sakit selama beberapa hari. Ketika rasa sakit mulai mereda, pria tersebut merasakan ereksi yang berlangsung lebih lama dari biasanya, dan kondisi ini memburuk hingga penisnya setengah kaku hampir sepanjang waktu.
Baca Juga: Cara Memperpanjang Penis, Metode Aman, Fakta Medis, dan Mitos yang Perlu Diketahui
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan riwayat medis lebih mendalam serta serangkaian tes laboratorium, termasuk pemindaian otak untuk mendeteksi kelainan dan tes darah guna menyingkirkan kemungkinan infeksi.
Dengan bantuan ultrasonografi untuk memeriksa aliran darah di penis, dokter menemukan adanya "pseudoaneurisma" di area yang ditato, yang menandakan adanya luka pada arteri sehingga darah menumpuk di bagian tersebut.
Pria ini didiagnosis mengalami "priapisme noniskemik." Priapisme sendiri merupakan kondisi ereksi berkepanjangan yang terjadi tanpa rangsangan seksual atau terus berlanjut setelah rangsangan hilang.
Tipe priapisme yang paling sering ditemukan adalah priapisme iskemik, yang terjadi akibat penyumbatan aliran darah sehingga darah yang kekurangan oksigen terperangkap di penis. Kondisi ini juga bisa dipicu oleh penggunaan obat tertentu dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan, jaringan parut permanen, serta impotensi jika tidak ditangani segera.
Sebaliknya, pada priapisme noniskemik, aliran darah tetap lancar sehingga rasa sakit berkurang dan risiko kerusakan jaringan permanen rendah. Kondisi ini juga dikenal sebagai priapisme aliran tinggi, biasanya disebabkan oleh luka pada arteri di jaringan ereksi yang membuat darah terus-menerus mengalir ke penis.
Fasilitas tempat pria ini diperiksa tidak menyediakan perawatan yang diperlukan, sehingga ia dirujuk ke rumah sakit lain untuk menjalani embolisasi superselektif—prosedur yang bertujuan memblokir aliran darah di arteri yang cedera guna mengurangi aliran darah ke penis.
Namun, pria tersebut justru menjalani prosedur alternatif yang tidak sesuai dengan kondisinya. Dalam laporan kasus, dokter tidak mencatat alasan atau lokasi prosedur ini dilakukan. Prosedur tersebut melibatkan pembuatan saluran atau pirau antara korpus kavernosum dan korpus spongiosum.
Baca Juga: Penyanyi Dihukum Mati Usai Terseret Kasus Penistaan Agama
Pada priapisme iskemik, darah terperangkap di korpus kavernosum sehingga pirau dapat membantu mengalirkan darah. Akan tetapi, pada priapisme noniskemik, di mana aliran darah tidak terhambat, operasi seperti ini tidak efektif.
Seperti yang diperkirakan dokter, prosedur tersebut gagal mengatasi kondisi pria tersebut. Setelah operasi, pria itu tetap mengalami priapisme sebagian dan merasa kecewa dengan hasilnya. Meski demikian, ia tidak merasakan nyeri dan masih memiliki fungsi ereksi yang "cukup baik" selama berhubungan intim.
Karena hal ini, pria tersebut menolak pengobatan lebih lanjut dan memilih hidup dengan kondisi priapisme tersebut, menurut laporan dokter.
Priapisme dapat dipicu oleh berbagai faktor. Priapisme iskemik atau aliran rendah biasanya terkait dengan penyakit seperti anemia sel sabit, leukemia, dan konsumsi obat-obatan tertentu seperti antipsikotik, antidepresan, atau obat disfungsi ereksi.
Sedangkan priapisme aliran tinggi hanya menyumbang sekitar 5% dari semua kasus priapisme, umumnya disebabkan oleh trauma fisik pada penis atau daerah perineum—wilayah antara skrotum dan anus.
Para dokter menulis dalam laporan kasus bahwa kemungkinan besar jarum tato genggam menembus penis terlalu dalam. Mereka menyarankan agar tato pada penis tidak dilakukan, berdasarkan pengalaman kasus ini.
Di sisi lain, pasien melaporkan tidak menyesali tato tersebut dan tidak menunjukkan gejala depresi atau masalah psikologis lain yang terkait priapisme.