Ntvnews.id, Jakarta - Rapi Films merilis film horor terbarunya berjudul Kitab Sijjin & Illiyyin, yang rencananya akan tayang di bioskop mulai 17 Juli 2025. Film ini merupakan produksi terbaru Rapi Films bersama Sky Media, Rhaya Flicks, Legacy Pictures, dan Narasi Semesta yang disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu dan diproduseri oleh Gope T. Samtani.
Film Kitab Sijjin & Illiyyin menampilkan pemain-pemain seperti Yunita Siregar, Dinda Kanyadewi, Kawai Labiba, Tarra Budiman, Sulthan Hamonangan, Nai Djenar Maisa Ayu, dan David Chalik.
Skenario film Kitab Sijjin & Illiyyin yang ditulis oleh Lele Laila mangangkat kisah tentang Sijjin dan Illiyyin, dua kitab yang mencatat amal perbuatan orang-orang durhaka dan orang-orang yang berbakti dan saleh. Film ini menjadi kolaborasi kedua Rapi Films dengan sutradara Hadrah Daeng Ratu dan penulis Lele Laila.
"Yang baru di film ini dan kolaborasi kami adalah cara kami menggambarkan santet sebagai sebagai jalan pilihan yang salah-bukan sekadar horor visual. Ada kedalaman emosi dan spiritualitas yang kami gali, terutama dari sudut pandang perempuan yang tersakiti." tutur Daeng Ratu di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, 20 Juni 2025.
Dalam film ini menceritakan kisah Yuli (Yunita Siregar) yang tulus dan baik berubah menjadi penuh dendam karena kehilangan rumah, ditinggal mati orang tua, dituduh anak selingkuhan, dan diperlakukan seperti pembantu oleh keluarga Ambar (Djenar Maesa Ayu).
Yuli meminta bantuan seorang dukun untuk membalaskan dendamnya dengan menyantet keluarga Ambar, yaitu Laras (Dinda Kanya Dewi), Rudi (Tarra Budiman), Dean (Sulthan Hamonangan), dan Tika (Kawai Labiba).
Namun, santet yang disarankan ternyata sangat mematikan. Yuli diharuskan melakukan ritual dalam waktu satu minggu dengan memasukkan nama-nama target santet ke mayat yang baru meninggal. Berhasilkah Yuli membalaskan dendamnya?
Sunil G. Samtani, produser eksekutif film Kitab Sijjin & Illiyyin, juga menyampaikan harapan untuk film ini,
"Yang layak ditunggu dari film ini adalah bagaimana teror muncul dari orang terdekat dan dibangun dari emosi yang sangat manusiawi: rasa sakit, dendam, dan harapan akan keadilan. Harapannya, penonton bukan hanya takut, tapi juga merasa terhubung menyaksikan cerita tentang keadilan yang dicari dengan jalan yang gelap akan runtuh dikalahkan oleh kebenaran." pungkas Sunil.