Ntvnews.id, Jakarta - Banda Naira, pulau dengan sejarah rempah yang mendunia, menyimpan banyak benda bersejarah yang memiliki nilai tinggi. Untuk menjaga warisan ini tetap hidup, pelatihan konservasi diadakan sebagai langkah penting dalam merawat dan melestarikan sejarah tersebut.
Pelatihan ini merupakan hasil kolaborasi antara berbagai pihak, seperti Universitas Indonesia, Yayasan Cilu Bintang, Pesona Desa, Yayasan Warisan Budaya Banda, Universitas Banda Naira, serta pegiat budaya dan juru pelihara museum. Bersama-sama, mereka berkomitmen untuk melestarikan kekayaan budaya Banda Naira agar dapat terus dikenang dan dihargai.
Dengan bekal keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pelatihan, diharapkan masyarakat Banda Naira dapat berperan aktif dalam menjaga koleksi museum dan rumah budaya. Hal ini bertujuan agar warisan sejarah dan budaya di pulau ini tidak hanya terlindungi, tetapi juga semakin dikenal luas oleh dunia.
peserta kegiatan Sadar Konservasi bersama Juru Pelihara dan Mahasiswa Universitas Banda Naira (Istimewa)
Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia turut mendukung kegiatan ini melalui program Hibah Dana Kepedulian Masyarakat. Program ini dipimpin oleh Absari Hanifah, mahasiswa Program Studi Biologi, bersama tim dari Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Vokasi.
Baca Juga: Pameran Arkeologi ‘Jakarta dari Bawah Tanah’ Ungkap Bukti Peradaban Jakarta di Masa Lampau
Dibimbing oleh Dr. Dian Hendrayanti, M.Sc. dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, tim "Sadar Konservasi" telah bekerja sama dengan berbagai mitra, seperti Yayasan Cilu Bintang, Yayasan Budaya Banda, dan instansi pemerintah setempat, guna memastikan pelatihan ini berjalan sukses.
Kegiatan ini berlangsung di beberapa lokasi, seperti Hotel Cilu Bintang untuk teori konservasi, Auditorium Universitas Banda Naira untuk praktek identifikasi, dan Rumah Budaya Banda untuk praktek konservasi. Pelatihan dilakukan selama 6 hari, mulai dari tanggal 13 hingga 20 Agustus 2024.
Peserta pelatihan ini terdiri dari penggiat budaya, pengelola museum, dan mahasiswa Universitas Banda Naira. Pada hari pertama, tim mengunjungi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX untuk memastikan semua izin dan persiapan telah terpenuhi.