Ntvnews.id, Teheran - Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengecam keberadaan tentara Israel di Suriah menyusul pengunduran diri Bashar Assad dari jabatannya sebagai kepala negara Suriah.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantor kepresidenan Iran, Pezeshkian menyerukan negara-negara Timur Tengah untuk tetap waspada terhadap langkah-langkah Israel yang dianggap mengancam stabilitas kawasan dan kepentingan rakyatnya.
Baca Juga : Deretan Negara Berisiko Tinggi dan Wajib Dihindari Turis, Salah Satunya Israel
Sebelumnya, stasiun penyiaran negara Israel, Kan, melaporkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Minggu 8 Desembe lalu, telah menduduki sebuah pos militer Suriah di Gunung Hermon. Pos tersebut ditinggalkan oleh tentara Suriah di zona penyangga.
Juru bicara IDF untuk wilayah Arab, Avichai Edri, juga mengeluarkan peringatan kepada penduduk di lima kota perbatasan di Suriah selatan. Ia mengimbau mereka untuk tetap berada di dalam rumah demi alasan keamanan.
"Pezeshkian dengan tegas mengutuk tindakan rezim Zionis yang melanggar integritas teritorial Suriah. Ia juga menyerukan kepada semua pihak Suriah serta negara-negara tetangga untuk waspada terhadap penyalahgunaan situasi oleh rezim Zionis untuk memperluas dan menerapkan kebijakan ilegalnya terhadap bangsa-bangsa di kawasan ini," kata kantor Presiden Iran, Selasa 9 Desember 2024.
Baca Juga : Kedutaan Besar Suriah di Iran Diserang Orang Bersenjata!
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa perjanjian pemisahan dengan Suriah di Dataran Tinggi Golan, yang disepakati setelah Perang Yom Kippur 1973, kini dianggap tidak berlaku. Hal ini terjadi karena tentara Suriah telah meninggalkan posisinya di wilayah tersebut.
Netanyahu menegaskan bahwa ia, bersama dengan kepala pertahanan dan dukungan penuh dari kabinet, telah memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk menduduki zona demarkasi dan pos-pos strategis di Dataran Tinggi Golan.
Langkah ini diambil Israel untuk memperkuat pertahanannya di Golan, menyusul jatuhnya Presiden Bashar al-Assad di Suriah dan penguasaan sebagian besar negara itu oleh pasukan oposisi bersenjata.
Pada Minggu 8 Desember, kelompok bersenjata Suriah berhasil merebut ibu kota Damaskus. Namun, Perdana Menteri Suriah, Mohammad Ghazi al-Jalali, bersama 18 menteri lainnya memutuskan untuk tetap berada di kota tersebut. Al-Jalali juga mengungkapkan bahwa ia telah menjalin komunikasi dengan pemimpin kelompok militan yang memasuki Damaskus.
Baca Juga : Kabur ke Moskow, Assad Dapat Perlindungan Suaka dari Putin
Kementerian Luar Negeri Rusia mengonfirmasi bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad telah mengundurkan diri dan meninggalkan Suriah setelah melakukan negosiasi dengan berbagai pihak terkait konflik. Assad, bersama keluarganya, tiba di Moskow pada Minggu dan diberikan suaka atas dasar kemanusiaan oleh Rusia.
Pejabat Rusia juga tengah berkoordinasi dengan perwakilan oposisi bersenjata Suriah, yang telah memberikan jaminan keamanan bagi pangkalan militer dan fasilitas diplomatik Rusia di Suriah.
Sebagai informasi, Dataran Tinggi Golan merupakan bagian dari Suriah hingga 1967, sebelum diduduki oleh Israel selama Perang Enam Hari.
Setelah Perang Yom Kippur 1973, kedua belah pihak menyepakati perjanjian gencatan senjata dan pemisahan pasukan, diikuti oleh penempatan pasukan penjaga perdamaian PBB di wilayah tersebut pada 1974. (Sumber Antara)