Namun, Palestina menuduh Israel berusaha mengosongkan Gaza utara secara permanen untuk menciptakan zona penyangga, tuduhan yang dibantah oleh Israel.
Direktur Kementerian Kesehatan Gaza, Munir Al-Bursh, menyebutkan bahwa tentara Israel memerintahkan evakuasi rumah sakit pada 23 Desember, sebelum menyerbu rumah sakit itu pada pagi hari 24 Desember dan memaksa semua yang ada di dalamnya untuk pergi.
Baca Juga: Sosok Penabrak Kerumunan di Pasar Natal: Anti-Islam dan Pro Israel
Dua rumah sakit lain di Gaza utara, Rumah Sakit Al-Awda dan Kamal Adwan, juga sering menjadi sasaran serangan Israel. Pihak rumah sakit menolak perintah untuk evakuasi, karena mereka tidak ingin meninggalkan pasien tanpa pengawasan.
Selama beberapa hari terakhir, perlawanan terhadap serangan Israel di fasilitas medis semakin intensif. Dr. Hussam Abu Safiya, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, mengungkapkan bahwa rumah sakit mereka terus diserang, membahayakan staf dan fasilitas medis mereka. Pengeboman ini juga menyebabkan kerusakan pada generator dan pasokan medis yang sangat dibutuhkan.
Pihak rumah sakit meminta bantuan internasional dan perlindungan untuk menjaga keselamatan pasien dan tenaga medis. Namun, bantuan yang diterima sejauh ini sangat sedikit, dan mereka terus meminta pembukaan koridor kemanusiaan.
Pengeboman yang terus berlanjut terhadap pusat medis ini mendapat kecaman dari Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, yang mendesak "gencatan senjata segera" di wilayah tersebut, yang telah terkepung lebih dari 70 hari.