"Perbatasan tidak boleh dipindahkan dengan paksa. Prinsip ini berlaku dan merupakan landasan bagi tatanan perdamaian kita," tegas Scholz.
Trump sebelumnya menyatakan minatnya pada Greenland, wilayah milik Denmark di Arktik. Dalam konferensi pers di kediamannya di Mar-a-Lago, Trump bahkan tidak menutup kemungkinan menggunakan tindakan militer untuk menguasai Greenland atau Terusan Panama.
Selain itu, Trump menyebutkan tekanan ekonomi dapat digunakan untuk mendorong Kanada bergabung dengan AS sebagai salah satu negara bagian.
Pada Senin 6 Januari 2025, Trump kembali mengangkat gagasannya tersebut di platform Truth Social. Ia menulis: "Greenland adalah tempat yang luar biasa, dan masyarakat akan mendapatkan manfaat yang sangat besar jika, dan ketika, Greenland menjadi bagian dari negara kami. Kami akan melindunginya, dan menghargainya, dari dunia luar yang sangat kejam. BUAT GREENLAND HEBAT LAGI!"
Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menolak pernyataan Trump dan menegaskan kembali otonomi Greenland.
Pernyataan Musk Memanaskan Hubungan Jerman-AS
Hubungan Jerman dan Amerika Serikat semakin diuji dengan pernyataan kontroversial Elon Musk, yang dikenal sebagai penasihat dekat Trump. Musk secara terbuka mengkritik Kanselir Scholz dan Presiden Frank-Walter Steinmeier, serta memberikan dukungan kepada partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) menjelang pemilu Jerman pada 23 Februari.
Sebagai tanggapan, Scholz menegaskan komitmen Jerman terhadap NATO sebagai elemen utama keamanan, sekaligus menekankan pentingnya menjaga integritas perbatasan.