Presiden Deby, yang mengambil alih kekuasaan setelah ayahnya Idriss Deby tewas dalam pertempuran melawan pemberontak pada 2021, memuji keberanian pasukan pengawalnya. "Para penyerang yang berniat menghancurkan saya dihancurkan oleh keberanian dan kewaspadaan Pengawal Presiden," tulisnya di Facebook.
Koulamallah menjelaskan bahwa para penyerang berasal dari kawasan kumuh di selatan N'Djamena dan diyakini dalam keadaan mabuk serta terpengaruh narkoba. "
Situasi sepenuhnya terkendali, dan upaya destabilisasi berhasil digagalkan," katanya dalam video yang diunggah di media sosial, dengan tentara bersenjata di sekitarnya.
Keamanan yang diperketat dan penghalang jalan di sekitar istana presiden telah dicabut pada pagi hari berikutnya, dengan lalu lintas kembali normal. Koulamallah menyebut bahwa serangan ini kemungkinan bukan aksi teroris.
Serangan ini terjadi di tengah situasi yang menantang bagi Chad, yang kerap menghadapi ancaman dari kelompok jihad Boko Haram di wilayah Danau Chad. Chad juga baru-baru ini memutus hubungan militer dengan Prancis dan mempererat hubungan dengan Rusia.
Moskow mengutuk serangan ini sebagai upaya melawan "kepemimpinan yang sah," sementara Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menyatakan dukungannya terhadap Chad melalui media sosial.