Terkait dengan wabah HMPV, Tjatur mengatakan pada umumnya terjadi di bulan-bulan dengan musim semi dan musim dingin. Di belahan bumi utara, wabah HMPV sering terjadi antara bulan Januari hingga Maret.
Sementara pada bumi belahan selatan, wabah terjadi antara Juni hingga Juli. Puncak kejadian musiman HMPV biasanya terjadi antara Maret dan April, tepatnya setelah musim infeksi RSV dan Influenza.
Lebih lanjut Tjatur mengatakan penyebaran HMPV pada anak ditularkan melalui percikan napas (droplet), dengan masa inkubasi berkisar antara tiga sampai lima hari meskipun dapat bervariasi antar individu.
“Infeksi HMPV pada umumnya diawali gejala klinis pasien yang mencakup infeksi saluran pernapasan akut seperti batuk, pilek, demam, sakit kepala hingga sakit tenggorokan,” katanya.
Adapun pengobatan untuk infeksi HMPV bersifat suportif yakni fokus pada penanganan gejala yang timbul seperti antipiretik, oksigenasi dan terapi cairan.
“Sebagian besar pasien dengan infeksi HMPV sembuh sepenuhnya tanpa intervensi spesifik,” ujar dia.
Namun, beberapa penelitian telah menunjukkan kemungkinan penggunaan ribavirin, immunoglobulin, fusion inhibitors dan small interfering ribonucleic acids (siRNA) untuk pengobatan dan pengendalian infeksi HMPV.