Risiko yang dimaksud adalah kemungkinan Trump mengenakan tarif baru terhadap China setelah menjabat, yang akan dipandang sebagai langkah yang merugikan Beijing. Selama kampanye, Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 60% terhadap impor dari China dan pada bulan November, ia menyatakan akan meningkatkan tarif sebesar 10% lebih tinggi dari yang berlaku saat ini terkait peran China dalam krisis obat-obatan di AS.
Baca juga: Donald Trump Dijadwalkan Bertemu Joe Biden dalam Jamuan Teh Pagi Sebelum Pelantikan
Beijing menghadapi ancaman ekonomi dari Trump yang juga menjadi perhatian banyak pemimpin dunia lainnya yang berusaha membangun hubungan dengan presiden baru AS. Meskipun demikian, meskipun ada ketegangan ekonomi dan kecurigaan terhadap ambisi China, beberapa pengamat percaya bahwa Beijing melihat potensi peluang dalam pemerintahan Trump.
Selama era Biden, China menanggapi keras kebijakan AS untuk mempererat hubungan keamanan dengan sekutu-sekutu Amerika di Asia dan juga menyatakan dukungannya terhadap Taiwan, yang diklaim oleh Beijing.
Kini, menurut Suisheng Zhao, direktur Pusat Kerja Sama China-AS di Universitas Denver, pemerintahan Trump yang baru akan memiliki prioritas berbeda terkait kebijakannya terhadap China. Trump diperkirakan akan lebih fokus pada persaingan ekonomi daripada ancaman yang ditimbulkan China terhadap tatanan dunia yang dipimpin AS.
Trump juga dikenal memiliki kedekatan dengan Xi dan menganggapnya sebagai pemimpin yang kuat dan cerdas.
"Trump menyukai Xi Jinping, dia menyukai orang kuat," kata Zhao, menambahkan bahwa Xi kemungkinan akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengatur ulang hubungan dengan AS dan menguji situasi baru.