Penelitian pertama mengenai spesies ini dilakukan pada tahun 1880 berdasarkan spesimen yang dikumpulkan dari Sumatera Barat oleh E. Netscher. Antara tahun 1880 hingga 1916, beberapa individu kelinci ini berhasil didokumentasikan di berbagai titik di Bukit Barisan.
Lihat postingan ini di Instagram
Bahkan, pada awal 1900-an, spesies ini ditemukan di Sumatera Selatan dan Bengkulu. Namun, setelah lebih dari enam dekade tanpa ada laporan baru, pada tahun 1972 kelinci ini kembali terdeteksi di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh.
Kelinci Sumatera memiliki pola hidup yang sangat tertutup dan lebih aktif di malam hari. Habitatnya yang berada di kawasan hutan lebat dan sulit dijangkau juga menjadi alasan utama mengapa spesies ini jarang terlihat.
Penemuan kelinci Sumatera oleh para pendaki menjadi momen yang sangat berharga. Dokumentasi mengenai spesies ini sangat terbatas, sehingga setiap pertemuan dengan hewan ini memberikan wawasan baru bagi dunia konservasi.