Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar memberi pesan khusus saat memberi sambutan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen di Jakarta. Menag mengingatkan bahwa keberhasilan program Bimas Kristen Kementerian Agama tidak hanya diukur dari penghargaan atau capaian administratif, tetapi sejauh mana umat semakin dekat dengan ajaran agamanya.
"Kriteria yang paling penting adalah seberapa Anda bisa mendekatkan antara umat dengan agamanya. Makin berjarak antara umat dengan ajaran agamanya, makin gagal Kementerian Agama. Tapi makin akrab antara ajaran agama dengan pemeluknya, itu yang kita harapkan,” ujar Menag Nasaruddin, di Jakarta, Jumat (21/3/2025), dikutip dari website Kementerian Agama RI.
Menag juga mengungkapkan pentingnya menjaga kerukunan umat beragama sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menegaskan bahwa persoalan kerukunan antarumat beragama sudah bukan lagi isu utama yang perlu diperjuangkan, karena Indonesia telah membuktikan keberhasilannya dalam merawat keberagaman.
“Sudah lewat itu kerukunan antara umat beragama. Memang ada kasus-kasus yang terjadi, tapi itu bisa diselesaikan secara kasuistik. Sekarang kita harus naik kelas. Yang perlu kita wujudkan adalah kerukunan makrokosmos, bagaimana manusia, alam semesta, dan Tuhan ini bisa hidup dalam harmoni,” jelas sosok yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Menurutnya, toleransi sejati bukan hanya sebatas sikap saling menghormati dan tidak saling mengganggu, tetapi harus ada keterikatan emosional dan solidaritas yang nyata antara sesama manusia.
“Toleransi itu bukan sekadar ‘di sana aman, di sini aman, jangan saling mengganggu’. Itu baru koeksistensi. Yang kita inginkan adalah toleransi sejati, di mana kita saling mencintai dan merasa memiliki satu sama lain,” tegasnya.
Menag juga mengingatkan agar umat beragama tidak terjebak dalam dikotomi antara agama dan kebangsaan. Dikatakannya, Indonesia harus mampu mengembangkan pemahaman agama yang tetap berakar pada nilai-nilai keindonesiaan tanpa harus kehilangan identitas keagamaannya.
“Jangan kita di-Arab-kan, jangan kita di-India-kan, jangan kita di-Cina-kan, jangan kita di-Yerusalem-kan. Kita bisa tetap menjadi orang Indonesia tapi juga umat beragama yang terbaik,” pungkasnya.