Ntvnews.id, Bogor - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan bahwa proses penulisan ulang sejarah nasional Indonesia telah mencapai 80 persen. Proyek besar ini melibatkan sejarawan dari 34 perguruan tinggi di seluruh nusantara, dengan pendekatan yang mengedepankan akurasi ilmiah dan fakta sejarah.
"Itu kan para sejarawan yang nulis ya, jadi progresnya sekitar 80 persen. Penulisan sejarah itu yang menulis adalah para sejarawan yang memang profesional," ujar Fadli Zon di fasilitas penyimpanan koleksi ilmiah arkeologi milik BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) pada Senin, 30 Juni 2025, di Cibinong, Kabupaten Bogor.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan bahwa sudah lebih dari 20 tahun Indonesia belum melakukan penulisan sejarah secara komprehensif.
Fadli Zon menilai masih banyak momen krusial dalam perjalanan kepemimpinan nasional mulai dari masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono yang belum sempat terdokumentasi secara utuh dalam sejarah nasional.
Ia menegaskan, revisi sejarah bukanlah upaya mengubah fakta, melainkan langkah untuk memperbarui dan memperlengkap narasi bangsa dengan merujuk pada temuan arkeologis dan dokumen yang selama ini luput dari perhatian.
Fadli mencontohkan temuan seperti situs Bongal yang mengisyaratkan masuknya Islam ke Indonesia sejak abad ke-7, serta sejumlah prasasti dan artefak penting yang belum banyak dikaji secara mendalam.
Baca juga: Dasco: Jangan Tuduh Ada Kepentingan Penguasa soal Penulisan Sejarah Ulang RI
"Jadi nggak ada hal-hal yang aneh-aneh gitu. Jadi kita justru meng-update yang belum ada, tadi seperti temuan-temuan situs Bongal apalagi yang prasejarahnya," ucapnya.
“Ini bagian dari kerja peradaban. Kita ingin sejarah kita tidak stagnan, tapi terus berkembang seiring dengan penemuan baru dan kajian ilmiah,” katanya.
Dirinya menekankan bahwa proyek penulisan sejarah adalah bagian dari kerja untuk peradaban.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon juga membantah anggapan bahwa proyek penulisan ulang sejarah ini sarat muatan politik. Ia menegaskan bahwa seluruh prosesnya sepenuhnya ditangani oleh para sejarawan profesional dan kalangan akademisi.
Hasil akhir dari proyek ini diharapkan dapat menjadi acuan utama dalam dunia pendidikan dan kebijakan kebudayaan nasional, sekaligus memperkokoh identitas serta memori kolektif bangsa Indonesia.
“Kita hanya ingin menghadirkan sejarah yang adil, lengkap, dan relevan dengan perkembangan zaman,” ujarnya.
Baca juga: Menbud Fadli Zon: Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Sudah Rampung 70 Persen
(Sumber: Antara)