PM Jepang Siap ke AS Temui Trump untuk Negosiasi Tarif Baru

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 7 Apr 2025, 17:33
thumbnail-author
Katherine Talahatu
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba. Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba. (Antara/Anadolu/py)

Ntvnews.id, Jakarta - Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, menyatakan kesiapannya untuk bertemu kembali bersama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, jika situasi menuntut, demi membahas ketegangan terkait kebijakan tarif antara kedua negara.

Ishiba menegaskan, dalam pertemuan tersebut ia akan memastikan bahwa Jepang menjalankan perdagangan secara adil dan tidak melakukan praktik yang merugikan pihak mana pun. 

“Kita harus menyampaikan secara menyeluruh apa yang akan kita lakukan,” ujar Ishiba dalam rapat komite parlemen saat ditanya soal kemungkinan kunjungannya ke Amerika Serikat.

Ia menekankan bahwa investasi Jepang telah berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja di AS. 

“Kita harus dengan jelas menegaskan bahwa Jepang tidak melakukan tindakan yang merugikan,” lanjutnya, merujuk pada pernyataan Trump sebelumnya yang menuduh mitra dagang AS “memeras” negara tersebut, sebagaimana terlihat dari defisit perdagangan yang besar.  

Baca juga: Jaguar Land Rover Setop Sementara Pengiriman ke AS Terkait Rencana Tarif Trump

Pernyataan Shigeru Ishiba muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap kebijakan tarif balasan yang luas dari Presiden AS Donald Trump, termasuk yang ditujukan kepada Jepang.

Kebijakan ini dikhawatirkan akan memberi dampak besar pada perekonomian Jepang yang sangat bergantung pada sektor ekspor. Dampak langsung pun mulai terlihat, ditandai dengan aksi jual besar-besaran di bursa saham Jepang dan Amerika Serikat.

Ishiba menegaskan komitmennya untuk mengambil segala langkah yang diperlukan guna meminimalkan dampak negatif dari kebijakan tarif AS, khususnya terhadap pembiayaan dan lapangan kerja di sektor usaha kecil Jepang.

Dalam konferensi pers rutin, Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi menyampaikan bahwa pemerintah Jepang akan terus memantau secara cermat perkembangan ekonomi dan pasar keuangan di dalam dan luar negeri dengan rasa urgensi tinggi” serta berkomitmen “melakukan segala yang bisa dilakukan” dalam merumuskan kebijakan ekonomi dan fiskal.

Pada hari Senin, 7 April 2025, indeks saham utama Nikkei sempat merosot tajam hampir 3.000 poin. Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Katsunobu Kato menyerukan kepada para investor untuk tetap “tenang.”

Sebagai langkah cepat, Ishiba telah menginstruksikan Menteri Kato untuk melakukan pemantauan ketat terhadap kondisi pasar keuangan dan segera mengambil langkah yang tepat apabila diperlukan.

Arahan tersebut disampaikan dalam rapat kabinet khusus yang digelar pada Minggu, dan dihadiri oleh Hayashi serta Menteri Revitalisasi Ekonomi Ryosei Akazawa.

Meskipun Ishiba sebelumnya menyatakan keinginannya untuk melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Trump, menurut Kato, topik tersebut belum sempat dibahas dalam pertemuan tersebut. 

Baca juga: Taiwan Putuskan Tak Membalas Kebijakan Tarif Impor AS

Sementara itu, Presiden Trump terlihat tidak terganggu oleh gejolak yang terjadi di pasar saham global.

Dalam pernyataannya kepada wartawan saat berada di dalam pesawat kepresidenan Air Force One pada Minggu, ia mengatakan, “Saya tidak ingin apa pun jatuh, tapi kadang-kadang Anda harus minum obat untuk memperbaiki sesuatu.” 

Sebagai bagian dari strategi perdagangan yang agresif, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penerapan tarif timbal balik terhadap seluruh mitra dagang pada Rabu, 2 April 2025, dengan bea dasar sebesar 10 persen. Khusus untuk Jepang, diberlakukan tambahan tarif sehingga total mencapai 24 persen.

Penerapan tarif dasar 10 persen mulai berlaku pada Sabtu, 5 April 2025, sementara tambahan tarif akan efektif diterapkan pada Rabu, 9 Februari 2025 mendatang.

Sejak kembali menjabat sebagai Presiden pada Januari lalu, Trump telah memberlakukan berbagai kebijakan bea masuk baru, termasuk tarif tambahan sebesar 25 persen untuk kendaraan bermotor yang diproduksi di luar negeri serta bea masuk 25 persen terhadap seluruh impor baja dan aluminium.

Kebijakan ini menunjukkan pendekatan proteksionis yang kian menonjol dalam hubungan dagang internasional Amerika Serikat. 

(Sumber: Antara) 

x|close