Taman Safari Indonesia Siap Kelola Bandung Zoo

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 17 Apr 2025, 15:52
thumbnail-author
Katherine Talahatu
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Komisaris Taman Safari Indonesia Tony Sumampouw memberikan keterangan terkait Bandung Zoo dalam acara diskusi Foksi di Taman Safari Indonesia Bogor. Komisaris Taman Safari Indonesia Tony Sumampouw memberikan keterangan terkait Bandung Zoo dalam acara diskusi Foksi di Taman Safari Indonesia Bogor. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Pada 25 Maret 2025 , Taman Safari Indonesia (TSI) menyatakan kesiapannya untuk turun tangan mengelola Kebun Binatang Bandung, setelah Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) resmi melepaskan tanggung jawabnya.

Langkah ini diambil menyusul pengunduran diri para pengurus YMT pada 21 Maret 2025, yang secara otomatis mengakhiri kepemimpinan mereka atas kebun binatang tersebut.

Sebagai bentuk komitmen terhadap pelestarian satwa dan perbaikan tata kelola lembaga konservasi, TSI akan mempercayakan pengelolaan Bandung Zoo kepada sejumlah tokoh yang telah lama berkecimpung di dunia margasatwa, seperti Jhon Sumampouw. Tak ketinggalan, Tony Sumampouw yang sempat menjadi bagian dari pengurus YMT pada 2017—juga akan terlibat dalam manajemen baru kebun binatang bersejarah ini.  

"Kami siap karena sudah terlanjur dari tahun 2017 sudah siap," kata Tony Sumampouw yang juga merupakan Komisaris TSI ketika dikonfirmasi di Bandung, Jawa Barat, Kamis, 17 April 2025.  

Baca juga: Siapa Pemilik Taman Safari Indonesia? Ternyata Ini Sosoknya

Dalam diskusi hangat bersama Forum Wartawan Konservasi (Forwaksi) pada Rabu, 16 April 2025, Tony mengungkapkan bahwa pengelolaan Kebun Binatang Bandung ke depannya tidak lagi berbentuk yayasan. Sesuai arahan Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, pengelolaannya akan diubah menjadi bentuk perseroan terbatas (PT).

Langkah ini diambil demi menciptakan sistem manajemen yang lebih profesional, proporsional, dan akuntabel—sehingga keberlangsungan konservasi dan kesejahteraan satwa bisa benar-benar terjaga.  

"Ini juga sesuai Permen Nomor 22 Tahun 2019 yakni untuk lembaga konservasi umum, harus berbentuk badan usaha (PT), atau koperasi. Pak Farhan inginnya PT karena bisa dikenakan berbagai macam kewajiban, termasuk pajak," kata Tony. 

Tony Sumampouw menjelaskan bahwa dalam pengelolaan Bandung Zoo ke depan, Taman Safari Indonesia akan mengusung konsep open zoo—yakni taman satwa terbuka yang memungkinkan hewan merasa lebih nyaman dan aktif. Konsep ini juga dinilai akan mempererat interaksi antara pengunjung dan satwa, menciptakan pengalaman wisata yang lebih hidup dan edukatif.

Untuk mewujudkan hal itu, pihak TSI kini tengah melakukan pembenahan besar-besaran, mulai dari gerbang masuk, area makan, hingga kandang satwa. Bahkan, mereka juga mendukung keinginan Pemerintah Kota Bandung agar kebun binatang ini bisa menjadi panggung budaya menggabungkan konservasi dengan kekayaan seni lokal.

Tak tanggung-tanggung, target pengunjungnya pun disasar ke kalangan wisatawan urban, termasuk dari Jakarta, yang disebut Tony sebagai tolok ukur kualitas destinasi wisata.

Meski akan ada penyesuaian harga tiket yang saat ini sekitar Rp50 ribu, Tony menegaskan bahwa harga tetap disesuaikan dengan segmen pengunjung. “Tidak bisa dibilang mahal,” katanya, karena pengalaman dan fasilitas yang ditawarkan pun akan ikut naik kelas.

Tony Sumampouw menjelaskan bahwa dalam pengelolaan Bandung Zoo ke depan, Taman Safari Indonesia akan mengusung konsep open zoo, yakni taman satwa terbuka yang memungkinkan hewan merasa lebih nyaman dan aktif. Konsep ini juga dinilai akan mempererat interaksi antara pengunjung dan satwa, menciptakan pengalaman wisata yang lebih hidup dan edukatif.

Untuk mewujudkan hal itu, pihak TSI kini tengah melakukan pembenahan besar-besaran, mulai dari gerbang masuk, area makan, hingga kandang satwa. Bahkan, mereka juga mendukung keinginan Pemerintah Kota Bandung agar kebun binatang ini bisa menjadi panggung budaya—menggabungkan konservasi dengan kekayaan seni lokal.

Tak tanggung-tanggung, target pengunjungnya pun disasar ke kalangan wisatawan urban, termasuk dari Jakarta, yang disebut Tony sebagai tolok ukur kualitas destinasi wisata.

Meski akan ada penyesuaian harga tiket yang saat ini sekitar Rp50 ribu, Tony menegaskan bahwa harga tetap disesuaikan dengan segmen pengunjung. “Tidak bisa dibilang mahal,” katanya, karena pengalaman dan fasilitas yang ditawarkan pun akan ikut naik kelas. 

Baca juga: Taman Safari Group Tak Mau Dikaitkan Aduan Eks Pemain Sirkus OCI: Masalah Bersifat Pribadi

"Buktinya ada tempat lain di atas Rp100 ribu tapi dia lebih ramai dari kita, tapi memang harus maju," ujarnya. 

"Jika ini berhasil, Pemkot Bandung juga akan menghasilkan pajak yang luar biasa. Contoh Taman Safari Bogor ya, setiap tahunnya kita minimal Rp50 miliar sumbangan ke PAD di luar pajak lainnya seperti penghasilan," kata Tony.  

Terkait tanggungan finansial yang masih membayangi pengelolaan Kebun Binatang Bandung, Tony Sumampouw mengungkapkan bahwa utang awal kepada Pemkot Bandung sempat mencapai Rp59 miliar. Namun, setelah wafatnya Pembina Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT), Romly Bratakusuma, pemerintah kota memberikan kelonggaran berupa pengurangan nilai utang. Kini, jumlah yang harus diselesaikan tersisa sekitar Rp25 miliar lebih.

"Padahal ketika kita ikut mengelola di sana 2017 sampai 2021, kita bayar satu tahunnya Rp2 miliar ke ibu Sri (janda Romly) karena beliau meyakini bisa. Tapi akhirnya itu jadi temuan kejaksaan dana angsuran itu tidak dibayar. Itu jadi kendala. Kami sudah bayar ketika ngelola, jadi ya tinggal sisanya," tutur Tony. 

(Sumber: Antara) 

x|close