Wasiat Paus Fransiskus, Minta Dimakamkan Pakai Peti Sederhana Berlapis Seng

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 22 Apr 2025, 09:40
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Arsip foto - Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus (kiri) memimpin Misa Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024). Arsip foto - Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus (kiri) memimpin Misa Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024). (ANTARA (Akbar Nugroho Gumay))

Ntvnews.id, Vatikan - Paus Fransiskus, sosok yang dikenal karena gaya hidupnya yang bersahaja sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik, tetap setia pada nilai-nilai kesederhanaan hingga akhir hayatnya. 

Sementara dunia tengah bersiap menggelar seremoni pemakaman megah seperti lazimnya bagi seorang Paus, justru pesan terakhir dari beliau menjadi pengingat kuat akan pentingnya kerendahan hati serta penolakan terhadap simbol-simbol kemewahan dunia.

Beberapa bulan sebelum berpulang, Paus Fransiskus menyampaikan permintaan pribadi yang sangat merefleksikan cara hidupnya yang jauh dari kemewahan, yakni agar dimakamkan menggunakan peti kayu biasa. 

Menurut laporan dari situs resmi Vatikan pada November 2024, keputusan ini menjadi momen penting yang mengubah tradisi pemakaman para Paus selama ratusan tahun, yang sebelumnya melibatkan tiga lapisan peti jenazah dari bahan kayu cemara, timah, dan ek.

"Paus Fransiskus meminta agar dirinya dimakamkan di dalam satu peti jenazah yang terbuat dari kayu sederhana berlapis seng," demikian bunyi dokumen resmi, Senin 21 April 2025.

Tak hanya itu, beliau juga menolak ditempatkan di atas catafalque atau panggung tinggi di dalam Basilika Santo Petrus lokasi yang biasanya digunakan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada para Paus terdahulu.

"Para pelayat nantinya akan tetap dipersilakan untuk memberikan penghormatan terakhir, namun jenazah Paus Fransiskus akan dibiarkan berada di dalam peti, dengan bagian tutupnya dibuka."

Pilihan ini bukan hanya tentang cara berpulang, melainkan juga pernyataan moral yang kuat. Kepergian Paus Fransiskus menyampaikan pesan bahwa bahkan tokoh tertinggi dalam hierarki gereja pun tak luput dari panggilan untuk hidup dalam kesederhanaan. 

Dunia memang kehilangan seorang pemimpin besar, tetapi semangat dan ajaran moral yang ditinggalkannya akan tetap abadi sebagai teladan dalam menjalani hidup yang rendah hati.

x|close