Ntvnews.id, Jakarta - Seorang perempuan bernama Alya Nugroho (24) mengalami insiden serius saat bermain di salah satu wahana air di Yogyakarta. Kecelakaan yang terjadi pada 31 Maret tersebut menyebabkan Alya mengalami patah tulang di tiga titik serta dislokasi pada bahu kirinya.
"Tanggal 31 Maret 2025, pas banget Lebaran. Aku niat banget ngajak keluarga liburan ke salah satu waterboom terbesar di Jogja. Biar makin rame, aku juga ajak satu temen cowok aku buat nemenin main," kata Alya dalam video beredar.
Alya menceritakan bahwa ia bersama adik dan temannya menaiki wahana. Dalam tiga kali permainan, mereka tidak mengalami kendala apapun. Namun situasi berubah ketika mereka mencoba untuk keempat kalinya. Ia merasakan arus air yang jauh lebih deras dibandingkan sebelumnya.
“Awalnya semua seru bangeeet. Aku, adikku, dan temenku nyobain hampir semua wahana. Salah satunya yang paling bikin nagih itu Volcano Coaster. Kita sampai naik 4x saking serunya. Tapi di percobaan ke-4, musibah datang,” ungkapnya.
“Tiba-tiba di tengah seluncuran, debit airnya terasa deras, kayak dihantam arus besar. Ban kita langsung oleng, dan bener aja. Temenku kelempar duluan, nyusul adikku, mereka meluncur sendiri tanpa ban. Aku? Masih di atas ban, sendirian, kelempar ke sana ke mari,” lanjut Alya.
Dalam kondisi tersebut, Alya menjadi satu-satunya yang masih berada di ban. Namun justru ia mengalami guncangan hebat dalam seluncuran. Sampai beberapa bagian tubuhnya terbentur dan mengalami luka yang cukup parah.
“Kepalaku kebentur-bentur, bahuku juga sakit banget. Aku denger suara mereka minta tolong, tapi aku sendiri udah mulai gelap pandangan. Sampai akhirnya aku juga kelempar dari ban, jatuh dalam posisi kepala dan bahu duluan,” ungkap dia.
Usai dievakuasi, Alya pertama-tama dibawa ke klinik yang berada di area waterboom, kemudian dirujuk ke rumah sakit terdekat. Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa ia mengalami patah di tiga titik serta dislokasi bahu.
"Akhirnya dirujuk (Rumah Sakit) Panti Rapih. Dari Panti Rapih itu baru, mau dilakukan tindakan operasi," bebernya.
Sebelum operasi dilakukan, ayah Alya diminta menandatangani dokumen oleh pihak pengelola waterboom. Alya mengaku baru mengetahui isi perjanjian tersebut setelah selesai operasi. Inti dokumennya menyatakan bahwa keluarga tidak akan menuntut pihak waterboom jika ingin tindakan operasi dilakukan.
"Intinya: kalau mau operasi dicover sama waterboom, kita harus setuju buat gak viralin kejadian ini. Yang dicover cuma rawat inap. Rawat jalan, kontrol, dan perawatan luka: bayar sendiri.," katanya.
Setelah tindakan operasi selesai, Alya hanya menjalani perawatan inap selama dua hari. Pihak pengelola wahana kemudian datang ke rumah dan menyampaikan permintaan maaf. Namun berdasarkan perjanjian, pihak pengelola hanya menanggung biaya operasi dan rawat inap saja.
"Jadi, dicover sampai rawat inap aja. Nah, sebenarnya di rumah itu sudah diomongin, kita itu mempertimbangkan lagi. Mengingat selama saya rawat jalan kan, saya sudah tidak bisa bekerja. Saya tidak mendapatkan penghasilan," katanya.
Dokter menjelaskan proses penyembuhan memakan waktu 6 bulan dan harus dilakukan kontrol rutin. Hal ini tentu membutuhkan biaya. Akhirnya, korban memaksakan diri untuk bekerja agar mendapatkan pemasukan, salah satunya untuk biaya pengobatan.
Alya juga menunggu itikad baik dari pihak pengelola, namun tidak ada respons. Sementara itu, Alya juga mencoba mengurus BPJS untuk menanggung biaya kontrol. Namun, BPJS pun tidak bisa mengcover biaya rawat jalan yang harus dijalani olehnya.
Akibat tidak bisa memakai BPJS, Alya pun terpaksa melewatkan dua jadwal kontrol. Dana yang seharusnya digunakan untuk kontrol telah habis demi mengaktifkan BPJS. Karena tak tahan dengan rasa sakit, ia akhirnya melakukan kontrol dengan dana pribadi.
Hingga kini, Alya telah menghabiskan dana hingga jutaan rupiah dari kantong sendiri. Ia berharap insiden yang menimpanya tak terjadi lagi pada orang lain. Terlebih, ia mendengar kabar bahwa ada kejadian serupa usai peristiwanya.