Ntvnews.id
"Beliau akan mewakili Gereja Katolik Indonesia dalam upacara pemakaman Bapa Paus. Pemakaman akan dilaksanakan besok hari Sabtu," ungkap Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, seusai Misa Requiem di Katedral Jakarta, Kamis, 24 April 2025.
Kehadiran perwakilan Indonesia dalam prosesi pemakaman ini menjadi simbol penghormatan tinggi atas warisan kasih dan kedekatan spiritual Paus Fransiskus dengan umat Katolik di Tanah Air.
Menurut Kardinal Suharyo, duka atas wafatnya Paus Fransiskus tidak hanya dirasakan oleh umat Katolik, tetapi juga menyentuh hati masyarakat lintas agama di Indonesia. Karena itu, kehadiran Uskup Antonius Subianto di Vatikan turut merepresentasikan belasungkawa seluruh rakyat Indonesia.
Baca juga: Surat dari Prabowo Buat Paus Fransiskus
"Seandainya Paus Fransiskus tidak datang (ke Indonesia) bulan September yang lalu, mungkin tidak akan seperti ini. Tetapi ketika masyarakat Indonesia melihat seperti itu Paus Fransiskus, mereka terketuk hatinya," ungkapnya Kardinal Suharyo.
Sebagai bentuk penghormatan, Gereja Katedral Jakarta menggelar Misa Requiem pada Kamis, 24 April 2025 untuk mengenang wafatnya Bapa Suci Paus Fransiskus. Sejumlah duta besar beserta perwakilannya turut hadir dalam perayaan Misa tersebut.
Menteri Agama Nasaruddin Umar turut hadir di Gereja Katedral Jakarta sebelum dimulainya Misa Requiem. Dalam kesempatan itu, Menag mengajak seluruh umat untuk meneladani nilai-nilai luhur dan warisan pemikiran yang ditinggalkan oleh Paus Fransiskus.
"Meski beliau telah wafat, pesan-pesannya akan tetap hidup di dalam batin kita. Orang bijak tidak pernah benar-benar wafat, tetapi justru semakin hidup, seperti lilin yang terus menyala dalam kalbu dan pikiran kita. Ke mana pun kita pergi, cahaya itu akan selalu ada bersama kita," ujar Menag.
Selain itu juga menag mengungkapkan belasungkawa dan mengingatkan kembali dua pesan penting dari Deklarasi Istiqlal yang pernah ia tandatangani bersama Paus Fransiskus.
Pertama, bahwa kekerasan bukanlah sebuah solusi yang konstruktif. "Kedua, penting bagi kita untuk menggunakan bahasa agama dalam mengajak umat bersahabat dengan alam. Jangan sampai kita menjadi penyebab kerusakan lingkungan yang justru mempercepat kehancuran dunia ini," kata Menag.
(Sumber: Antara)