Ntvnews.id, Vatikan - Kepala tim medis Paus Fransiskus, Dr Sergio Alfieri, mengungkapkan detail baru mengenai saat-saat terakhir sang pemimpin Gereja Katolik sebelum wafat. Dalam wawancara yang dipublikasikan Kamis, 24 April 2025, Dr Alfieri menjelaskan bahwa Paus wafat secara cepat pada Senin pagi, 21 April 2025 bertepatan dengan hari kedua Paskah.
Dr Alfieri, yang sebelumnya menangani Paus saat dirawat karena pneumonia di Rumah Sakit Gemelli, Roma, menyampaikan bahwa Paus Fransiskus menghembuskan napas terakhir tanpa rasa sakit yang berlebihan. Ia menambahkan bahwa tidak ada tindakan medis yang dapat menyelamatkan nyawanya saat itu.
“Saya menerima telepon darurat sekitar pukul 05.30 pagi, meminta saya segera ke Vatikan,” ujar Dr Alfieri kepada Corriere della Sera, dikutip dari laman The Independent, Jumat, 25 April 2025.
Jenazah Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus. (Vatican Media)
“Saya tiba sekitar 20 menit kemudian dan menemukan Paus dalam keadaan sadar, tapi tidak merespons," tambahnya.
“Saya masuk ke kamarnya dan beliau membuka matanya. Saya pastikan tidak ada masalah pernapasan. Kemudian saya coba memanggil namanya, tetapi beliau tidak menjawab," lanjut Alfieri.
Saat itu, Dr Alfieri menyadari bahwa situasi sudah sangat kritis.
Baca Juga: FOTO: Jenazah Paus Fransiskus Disemayamkan di Basilika Santo Petrus, Pelayat Terus Berdatangan
“Saat itu saya tahu tak ada lagi yang bisa dilakukan. Beliau sudah dalam kondisi koma," katanya.
Dalam wawancara terpisah dengan La Repubblica, Dr Alfieri menyebutkan bahwa beberapa pejabat Vatikan sempat mengusulkan agar Paus segera dibawa kembali ke Rumah Sakit Gemelli. Namun, ia menilai bahwa tindakan itu tidak akan membantu.
“Beliau akan meninggal dalam perjalanan,” kata Alfieri.
“Kalaupun kami lakukan CT scan, kami akan mendapatkan diagnosis yang lebih jelas, tapi tak lebih dari itu. Itu adalah jenis stroke yang membawanya pergi dalam hitungan satu jam," jelasnya.
Jenazah Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus. (Vatican Media)
Kematian Paus Fransiskus terjadi cukup mengejutkan, mengingat sehari sebelumnya beliau masih tampil di Lapangan Santo Petrus dengan mobil Paus terbuka untuk menyapa ribuan umat yang hadir dalam Misa Paskah.
Setelah kembali ke Vatikan pada 23 Maret 2025 lalu usai menjalani perawatan selama 38 hari di rumah sakit, para dokter, termasuk Dr Alfieri, telah menyarankan agar Paus menjalani masa istirahat selama dua bulan penuh agar tubuhnya yang sudah menua bisa pulih.
Namun, Paus yang dikenal disiplin dan berdedikasi tinggi, tetap menjalankan tugas-tugas kepausannya. Ia sempat menerima kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance pada Minggu Paskah, serta mengunjungi sebuah penjara di Roma pada Kamis Putih, 17 April 2025, untuk menyampaikan pesan dan doa kepada para narapidana.
Kendati demikian, menurut Dr Alfieri, Paus tetap mengikuti anjuran medis dan tidak memaksakan diri secara berlebihan.
“Beliau adalah Paus. Kembali bekerja adalah bagian dari pemulihannya dan beliau tidak pernah berada dalam kondisi yang membahayakan," ujar Alfieri kepada Corriere.
Baca Juga: Cincin Paus Fransiskus Seharga Rp8,7 Miliar Akan Dihancurkan Setelah Wafat
Alfieri mengungkap bahwa pertemuan terakhirnya dengan Paus terjadi pada Sabtu sore.
“Kondisinya sangat baik,” ujarnya.
Saat itu, ia membawa kue tart kesukaan Paus sebagai hadiah kecil.
“Saya sangat baik. Saya sudah mulai bekerja lagi, dan saya menikmatinya,” kata Paus kepadanya kala itu.
“Kami tahu beliau ingin tetap menjadi Paus sampai akhir hayatnya. Beliau tidak mengecewakan kami," ucap Alfieri.
Jenazah Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus. (Vatican Media)
Dalam wawancara bersama La Repubblica, Alfieri juga mengungkapkan bahwa Paus sempat menyampaikan satu penyesalan terakhir sebelum meninggal.
Meskipun merasa bersyukur telah dapat mengunjungi para narapidana pada 17 April, Paus Fransiskus mengungkapkan kesedihannya karena tidak dapat melaksanakan tradisi mencuci kaki narapidana pada Hari Kamis Putih, sebuah ritual penting dalam rangkaian Pekan Suci Gereja Katolik.
“Beliau menyesal tidak bisa membasuh kaki para narapidana,” tutur Dr Alfieri.
“‘Kali ini saya tidak bisa melakukannya,’ adalah kata-kata terakhir beliau kepada saya,” pungkasnya.