Ntvnews.id, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa AS akan mengambil inisiatif untuk menyerang Iran jika perundingan mengenai program nuklir Teheran gagal menghasilkan kesepakatan baru. Hal itu diungkapkan Trump dalam wawancaranya dengan Majalah Time.
Dilansir dari AFP, Minggu, 27 April 2025, dalam wawancara tersebut, Trump tetap menyampaikan harapannya agar kesepakatan bisa tercapai, sekaligus membuka peluang untuk bertemu langsung dengan pemimpin tertinggi atau presiden Iran.
"Ada kemungkinan kita harus menyerang karena Iran tidak akan memiliki senjata nuklir," ujar Trump kepada Time.
Pernyataan ancaman ini disampaikan di tengah berlangsungnya pembicaraan antara Washington dan Teheran mengenai program nuklir Iran, dengan putaran ketiga negosiasi dijadwalkan pada Sabtu, 26 April 2025 di Oman. Kedua pihak menunjukkan optimisme setelah pertemuan sebelumnya di Roma, meski tidak merinci hasil diskusi tersebut.
Baca Juga: Jokowi, Trump, Zelensky Hadir di Barisan Depan Upacara Pemakaman Paus Fransiskus
Dalam negosiasi ini, Israel—lawan bebuyutan Iran—tidak dilibatkan, meskipun Trump, setelah melakukan pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa, 22 April 2025, mengatakan bahwa "kami berada di pihak yang sama dalam setiap isu."
Saat ditanya oleh Time terkait laporan bahwa dirinya telah menghalangi Israel untuk melakukan serangan sepihak ke Iran, Trump membantah dengan mengatakan, "Itu tidak benar."
"Saya tidak menghentikan mereka. Tetapi saya tidak membuat mereka merasa nyaman, karena saya pikir kita dapat membuat kesepakatan tanpa serangan," jelas Trump.
"Akhirnya saya akan menyerahkan pilihan itu kepada mereka, tetapi saya katakan saya lebih suka kesepakatan daripada bom yang dijatuhkan," lanjutnya.
Trump juga menepis kekhawatiran bahwa Netanyahu akan menyeret AS ke dalam konflik dengan Iran, dengan menyatakan, "Ia mungkin akan berperang. Tetapi kita tidak akan terseret ke dalamnya."
Baca Juga: 12 Negara Bagian AS Gugat Pemerintahan Trump
Namun, Trump menambahkan bahwa dirinya "mungkin akan ikut berperang dengan sukarela jika kita tidak dapat mencapai kesepakatan." "Jika kita tidak mencapai kesepakatan, saya akan memimpin kelompok itu," ujarnya kepada Time.
Pada 2018, Trump membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran yang sebelumnya dinegosiasikan di masa pemerintahan Presiden Barack Obama, dan kembali memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Teheran.
Negara-negara Barat dan Israel—yang diyakini para ahli sebagai satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir—telah lama menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir.
Iran sendiri secara konsisten membantah tuduhan tersebut, dengan menegaskan bahwa program nuklirnya murni untuk tujuan sipil. Ketika ditanya apakah bersedia bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei atau Presiden Masoud Pezeshkian, Trump menjawab, "Tentu."