"Dengan kata lain interogasi tampaknya sebuah andalan. Kemudian terkesan kurang ada bukti maka penyidik bisa frustrasi.Akhirnya menggunakan cara-cara abusif cara-cara kekerasan di dalam ruang interogasi tersebut," imbuhnya.
Reza mengatakan para penyidik seolah memaksakan seluruh terperiksa untuk menyampaikan hal-hal yang diinginkan oleh penyidik.
"Bukan fakta atau kenyataannya," tandasnya.
"Hal yang kemudian dimasukan ke dalam berkas hukum sampai kemudian hari ini memunculkan kegemparan," tambahnya.
Kemudian loopholes yang kedua, kata Reza, adalah terkait dengan pertanyaan sederhana. Namun untuk membongkarnya luar biasa susah.
"Apakah ini sungguh-sungguh kedua korban meninggal akibat pembunuhan atau bukan pembunuhan?" paparnya.
Adapun loophole yang ketiga, sambung Reza, ketika ditemukan sperma pada tubuh almarhumah, apakah sperma ini memang merupakan penanda perkosaan ataukah penanda adanya aktifitas seksual yang konsensual atau mau sama mau.