Ntvnews.id, Rabat - Daya tarik sebuah desa di Maroko menarik perhatian seorang wisatawan asal Jerman untuk berkunjung. Namun, perjalanannya berubah menjadi insiden buruk karena ia diduga melakukan tindakan asusila.
Dilansir dari AFP, Minggu, 25 Mei 2025, Pria asal Jerman yang identitasnya dirahasiakan itu tengah menikmati liburannya di desa Abdelghaya Souahel, provinsi Al Hoceima. Berdasarkan laporan media lokal Akhbar-Rif pada Jumat, 23 Mwi 2025, wisatawan tersebut diduga melakukan pelecehan terhadap sejumlah perempuan setempat.
Mengetahui perbuatan itu, warga desa langsung bertindak. Mereka menangkap dan menganiaya pelaku. Kemarahan massa memuncak hingga berujung pada tindakan ekstrem: alat kelamin turis tersebut dilaporkan diamputasi, Selasa, 2025.
Baca Juga: Buat Tato di Penis, Seorang Pria Alami Ereksi Permanen
Setelah menerima laporan insiden, Pasukan Gendarmerie Kerajaan segera tiba di lokasi. Korban yang mengalami luka serius langsung dilarikan ke Rumah Sakit Regional Mohammed VI untuk mendapat pertolongan medis.
Otoritas setempat menetapkan turis tersebut sebagai tersangka utama dalam kasus tersebut dan menahannya atas instruksi dari kantor kejaksaan yang berwenang.
Saat ini, pihak berwenang tengah melakukan penyelidikan guna mengungkap secara rinci kronologi dan motif di balik kejadian tersebut.
Baca Juga: 4 Orang Dihukum Mati Atas Kasus Penistaan Agama
Insiden pelecehan oleh turis terhadap warga lokal bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya, seorang pelancong asal Inggris dilaporkan melecehkan anak-anak dari komunitas adat San di Namibia demi mendapatkan gambar-gambar eksotis untuk dokumentasi perjalanannya.
Menurut Kepala Urusan Masyarakat Otjozondjupa, Inspektur Senior Maureen Mbeha, pelaku diduga telah memperdaya 16 remaja perempuan, 14 remaja laki-laki, serta tiga anak laki-laki yang lebih muda. Sebagai imbalan, korban diberi permen dan uang tunai.
Juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup dan Pariwisata Namibia, Ndeshipanda Hamunyela, mengecam keras perbuatan tersebut dan menyatakan bahwa insiden itu merupakan pelanggaran serius terhadap privasi, martabat, serta hak-hak anak, sekaligus mencerminkan ketidakpedulian terhadap nilai-nilai budaya komunitas San.