Negaranya di Bombardir Ukraina, Ini Respons Putin

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 4 Jun 2025, 09:05
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Presiden Rusia Vladimir Putin Presiden Rusia Vladimir Putin (President of Rusia)

Ntvnews.id, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan akan memberikan reaksi yang kuat terhadap Ukraina menyusul serangan besar-besaran dengan ratusan drone yang dilancarkan Kyiv ke beberapa pangkalan militer di wilayah dalam Rusia.

Dilansir dari Newsweek, Rabu 4 Juni 2025, operasi yang diberi nama sandi "Jaring Laba-laba" ini dikabarkan sudah dirancang selama 18 bulan. Dalam serangan ini, Ukraina meluncurkan sejumlah besar pesawat nirawak secara bersamaan ke pangkalan udara di Rusia pada hari Minggu.

Sumber dari Badan Intelijen Ukraina (SBU) menyatakan bahwa drone jenis pandangan orang pertama (FPV) menyerang Pangkalan Udara Belaya di Oblast Irkutsk, yang terletak sekitar 2.500 mil dari garis depan di Ukraina.

Target lainnya termasuk Pangkalan Udara Olenya di Oblast Murmansk, Pangkalan Udara Dyagilevo di Oblast Ryazan, dan Pangkalan Udara Ivanovo di Oblast Ivanovo.

SBU melaporkan bahwa serangan tersebut mengenai 41 pesawat milik Rusia, termasuk pesawat peringatan dini dan pengendali udara A-50 serta pesawat pengebom strategis Tupolev Tu-95 dan Tu-22M3 yang digunakan untuk meluncurkan rudal jelajah ke Ukraina. Serangan ini diperkirakan menyebabkan kerugian senilai sekitar US$ 7 miliar (setara Rp 114 triliun).

Baca Juga: Jadi Penengah, Trump Siap Duduk Bareng Putin dan Zelenskyy Demi Akhiri Perang

Secara teknis, drone-drone itu dibawa masuk ke wilayah Rusia dan disembunyikan dalam truk-truk kargo dengan atap terbuka yang diparkir dekat pangkalan udara, lalu diluncurkan dari jarak jauh. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa dari 117 drone yang dikerahkan, lebih dari sepertiga dari pembawa rudal jelajah strategis Rusia berhasil dihancurkan.

Dengan dampak besar dan jangkauan serangan ini, diperkirakan Kremlin akan memberikan respons yang sangat keras. Meskipun pernyataan resmi belum mewakili posisi Moskow, perhatian kini tertuju pada bagaimana reaksi Rusia saat delegasi kedua negara bertemu di Istanbul pada Senin untuk membahas potensi penghentian konflik yang dipicu oleh Putin.

Keir Giles dari lembaga pemikir Chatham House di London memprediksi, "Kita dapat mengantisipasi banyak kemarahan dan kecaman dari Moskow."

Di media sosial pro-Rusia, serangan Ukraina ini dibandingkan dengan serangan Jepang terhadap Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Para blogger militer dan beberapa pejabat Rusia menyalahkan pimpinan negara mereka karena dianggap gagal menjaga keamanan infrastruktur militer di kawasan jauh seperti Irkutsk di Siberia.

Baca Juga: Trump Bakal Hubungi Langsung Putin untuk Akhiri Perang Ukraina

Max Boot, pengamat militer dari The Washington Post, menulis opini bahwa komando Rusia pasti mengalami kejutan yang sama seperti yang dialami Amerika Serikat pada 1941.

Meski demikian, Cédomir Nestorovic, wakil direktur akademis di ESSEC Institute for Geopolitics & Business, meragukan Rusia akan meningkatkan ketegangan. Ia memperkirakan Moskow cenderung meremehkan dampak serangan agar tidak mengakui kemunduran.

Menurutnya, "Saya tidak yakin Rusia akan menaikkan eskalasi. Di garis depan, pasukan Rusia terus maju secara perlahan—itu adalah target utama mereka. Serangan ke fasilitas dalam Rusia memang signifikan dan memalukan, tapi ini bukan sebuah invasi."

Sementara itu, Vuk Vuksanovic, rekanan di LSE IDEAS dari London School of Economics, menilai bahwa Ukraina telah mencapai keberhasilan taktis terbesar sejak akhir 2022. Hal ini berdampak diplomatik karena Moskow diperkirakan tidak akan punya alasan lagi untuk menyetujui gencatan senjata.

"Justru sebaliknya, Rusia tidak akan menyerah pada tuntutan Ukraina terkait keanggotaan NATO maupun klaim wilayah yang dianggap sudah dianeksasi," ujarnya.

x|close