Respons Tegas Mendukbangga Soal Fenomena Kumpul Kebo

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 14 Jun 2025, 00:05
thumbnail-author
Devona Rahmadhanty
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Pada hari Jumat, 13 Juni 2025, Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji menghadiri puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Generasi Berencana ke-15 di Antara Heritage Center, Jakarta Pusat. Pada hari Jumat, 13 Juni 2025, Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji menghadiri puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Generasi Berencana ke-15 di Antara Heritage Center, Jakarta Pusat. (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari.)

Ntvnews.id, Jakarta - Kepala BKKBN sekaligus Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga), Wihaji, menanggapi maraknya kasus kohabitasi yakni praktik tinggal bersama antara pria dan wanita tanpa ikatan pernikahan yang sah menurut hukum.

Dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-15 Generasi Berencana (Genre) di Antara Heritage Center, Jakarta Pusat, Jumat, 13 Juni 1015, Wihaji menekankan pentingnya memberikan edukasi kepada remaja mengenai siklus kehidupan sebagai langkah strategis untuk menekan tren tersebut.

"Saya meyakini karakter orang Indonesia berbeda, itu yang pertama. Yang kedua, memang kita perlu edukasi dan penjelasan kepada siapapun tentang siklus kehidupan, sehingga tidak ada yang perlu kita takuti," ujarnya.

Ia menekankan bahwa para calon pengantin tak perlu merasa cemas menghadapi pernikahan. Sebab, negara telah menjamin siklus kehidupan masyarakat sejak lahir hingga lanjut usia (lansia). Bahkan, sebelum memasuki jenjang pernikahan, baik calon suami maupun istri sudah difasilitasi dengan bimbingan pranikah melalui platform Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (Elsimil).

Baca juga: Mendukbangga Tekankan Peran Ayah dalam Kesejahteraan Psikologis Ibu dan Anak

"Maka kita harus edukasi, harus kita jelaskan tentang siklus kehidupan, dan itu (pernikahan) sebenarnya sesuatu yang biasa saja, karena itu percayalah, tidak perlu ditakuti dan dicemaskan, meski katanya biaya hidup mahal, sudah, yakinlah akan baik-baik saja," ujar Mendukbangga.

Menurutnya, ketika pasangan telah menikah dan mulai merasakan kebahagiaan membangun keluarga termasuk kebanggaan memiliki anak, maka kesiapan dalam menjalani pernikahan akan tumbuh dengan sendirinya. 

"Kita kan juga punya program namanya Elsimil, bekerja sama dengan Kementerian Agama. Di situ ada bimbingan pranikah, kemudian para calon pengantin kita beri penjelasan dan edukasi, juga saran dan rekomendasi dari kementerian kita bahwa perempuan lebih baik menikah di usia 21 tahun dan laki-laki 25 tahun," jelasnya. 

Ia menegaskan bahwa dengan mengikuti bimbingan pranikah, kehidupan rumah tangga akan lebih terarah saat pasangan mulai memiliki anak. Tak hanya itu, bimbingan ini juga menjadi langkah preventif dalam mencegah lahirnya generasi stunting, karena para pasangan usia subur dibekali edukasi penting mengenai kesehatan reproduksi.

(Sumber: Antara) 

x|close