Ntvnews.id, Jakarta - Pernikahan mewah Jeff Bezos dan tunangannya, Lauren Sanchez, yang digelar di tengah kota bersejarah Venesia, Italia, memicu gelombang protes warga lokal dan aktivis lingkungan. Dianggap mencerminkan kesenjangan sosial dan eksploitasi ruang publik.
Warga bersatu di bawah slogan “No Space for Bezos” untuk menyuarakan penolakan mereka. Rencana pernikahan ini berlangsung selama tiga hari dan mengundang sekitar 200 tamu kelas dunia, seperti Ivanka Trump, Elon Musk, Kim Kardashian, dan Leonardo DiCaprio.
Sekitar 95 jet pribadi dilaporkan mendarat di bandara Venesia sepanjang minggu ini. Awalnya, pesta utama direncanakan berlangsung di Scuola Grande della Misericordia, bangunan megah abad ke-16 di pusat kota.
Namun, tekanan dari kelompok aktivis membuat pasangan tersebut memindahkan lokasi ke kompleks Arsenale, kawasan galangan kapal kuno yang lebih sulit diakses publik.
“Bezos tidak akan pernah sampai ke Misericordia. Kami akan memblokir kanal-kanal, melapisi jalanan dengan tubuh kami, memblokir kanal dengan pelampung, perahu karet, dan kapal kecil,” kata seorang juru bicara dari gerakan "No Space for Bezos" dilansir The Guardian.
Aksi ini juga melibatkan kelompok Greenpeace Italia dan organisasi asal Inggris Everyone Hates Elon, yang membentangkan spanduk besar di Lapangan Santo Markus dengan tulisan “Jika kamu bisa menyewa Venesia untuk pernikahanmu, kamu juga bisa bayar pajak lebih besar.”
Spanduk itu menampilkan gambar Bezos yang sedang tertawa, sebagai sindiran terhadap kekayaan yang dinilai tak berkontribusi pada pajak dan lingkungan. Faktanya, Bezos dilaporkan membayar hampir nol pajak penghasilan federal selama beberapa tahun, dengan tarif pajak hanya 0,98% antara 2014–2018.
Poster satir bertebaran di penjuru kota, memperlihatkan kepala Bezos di atas roket, merujuk pada proyek luar angkasa Blue Origin miliknya. Aksi protes ini bukan hanya soal pajak atau pesta mewah, melainkan juga bentuk perlawanan terhadap overtourism dan krisis iklim yang menyebabkan Venesia terus tenggelam.
Warga khawatir kota mereka dijadikan taman bermain para elit kaya dunia, sementara penduduk asli makin terpinggirkan. Pihak otoritas kota menaikkan status pengamanan, terutama di kawasan komunitas Yahudi, menyusul kehadiran figur publik global di tengah tensi geopolitik akibat konflik Israel-Iran.
Meski acara tetap berlangsung, para aktivis menganggap perpindahan lokasi sebagai kemenangan moral. Sebagai bentuk lanjutan, kelompok tersebut mengumumkan akan menggelar aksi damai bertema “No Bezos, No War” sepanjang akhir pekan.