Ntvnews.id, Jakarta - Indonesia resmi menguji coba taksi terbang pertama yang membawa manusia, EHang 216 S. Pesawat otonom ini digadang-gadang menjadi solusi baru atas kemacetan di kota-kota besar, meski tarifnya membuat banyak orang terbelalak. Bayangkan, sekali naik saja bisa dikenakan harga fantastis, Rp8 juta!
Meski belum beroperasi secara komersial, EHang 216 S sudah sukses menjalani uji terbang terbatas dengan penumpang di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Kabupaten Tangerang, Banten. Layanan ini didesain untuk penerbangan jarak pendek di dalam kota, bukan antarkota.
“Artinya memang bukan buat antar kota. Bukan buat Jakarta-Bandung, bukan Jakarta-Bogor. Buat dari Pantai Indah Kapuk ke Plaza Senayan, Senayan ke Pondok Indah. Pondok Indah ke mana? Jakarta Barat, dari Jakarta Barat ke Jakarta Timur,” jelas Rudy Salim, Executive Chairman dari Prestige Aviation.
“Buat di dalam kota, bukan antar kota. Memang transportasi dalam kota,” tambah dia.
Tingginya harga sekali terbang sejalan dengan harga satu unit taksi terbang ini yang juga mencengangkan. Rudy Salim menyebut harga EHang 216 S mencapai US$535 ribu, atau sekitar Rp8,6 miliar, tergantung nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (kurs saat ini Rp 16.283).
“Sebenarnya US$535 ribu, sudah termasuk pajak kurang lebih. Karena di Indonesia pajaknya berbeda dengan negara lain, ada PIB, PPh, PPN, PPNBM,” jelas Rudy saat konferensi pers di Phantom Ground Park, PIK 2.
Pajak yang dikenakan di Indonesia membuat harganya jauh lebih mahal dibanding negara asalnya, China.
“Kalau negara asalnya sekian, di sini berbeda. Sama seperti mobil Ferrari, kenapa di luar harganya Rp1 M di Indonesia Rp3 M kali 3 karena kena PPNBM 190 persen, PIB 50 persen, PPh 11 persen, dan sebagainya. Jadi ini yang membedakan dengan negara luar,” lanjut Rudy.
EHang 216 S merupakan kendaraan udara otonom bertenaga listrik, dilengkapi 16 baling-baling dan motor, mampu terbang sejauh 30 km dengan kecepatan maksimum 130 km/jam. Waktu terbangnya berkisar antara 18–25 menit tergantung beban dan kondisi cuaca.
Kendaraan ini dikendalikan tanpa awak melalui pusat komando dan kendali AAV (Autonomous Aerial Vehicle) dari darat, memanfaatkan jaringan 4G/5G untuk komunikasi berkecepatan tinggi secara real-time.
EHang 216 S telah mengantongi Sertifikat Tipe dari Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok (CAAC), menjadikannya sebagai taksi terbang penumpang pertama di dunia yang resmi disertifikasi.
Meski mengudara di Indonesia, saat ini EHang 216 S masih dalam tahap uji coba terbatas, belum melayani penerbangan komersial. Namun, uji coba ini menjadi langkah awal menuju masa depan transportasi udara dalam kota.
Bukan hanya teknologi yang memukau, namun juga harga yang fantastis. Jika nanti benar-benar beroperasi, masyarakat perlu mempertimbangkan matang-matang: apakah siap membayar Rp8 juta sekali naik demi menghindari macet?