Ntvnews.id, Bogor - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa Indonesia punya landasan kuat untuk diakui sebagai salah satu peradaban tertua di dunia.
Pernyataan ini didukung oleh kekayaan budaya yang melimpah, peninggalan arkeologis yang tersebar luas di berbagai penjuru nusantara, serta penemuan fosil manusia purba yang berperan penting dalam sejarah.
“Kalau 60 persen fosil homo erectus ditemukan di Indonesia, itu berarti kita punya mayoritas bukti sejarah. Jadi harus berani kita mengklaim bahwa kita ini adalah peradaban tertua,” kata Fadli ketika meninjau langsung pada fasilitas penyimpanan koleksi ilmiah arkeologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pada Senin, 30 Juni 2025 di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Menbud Fadli Zon mengungkapkan bahwa sekitar 60 persen temuan Homo erectus di dunia ditemukan di Indonesia, khususnya di kawasan Sangiran, Jawa Tengah.
Baca juga: Menbud Fadli Zon: Sejarah Perlu Ditulis Berdasarkan Fakta, Bukan Emosi Semata
Temuan arkeologis ini, menurutnya, menjadi bukti kuat yang bisa menempatkan Indonesia sebagai "ibu kota peradaban dunia".
Fadli juga menekankan pentingnya sinergi antara Kementerian Kebudayaan dan lembaga-lembaga riset seperti BRIN.
Menurut Fadli Zon, pelestarian warisan budaya harus berbasis kajian ilmiah yang kuat, agar artefak yang ada tak hanya menjadi benda mati, tetapi hidup sebagai living heritage yang mampu menghidupkan kembali cerita sejarah dan menjadi sarana edukasi bagi masyarakat.
Ia juga menyoroti pentingnya upaya repatriasi koleksi arkeologis dari luar negeri sebagai bagian dari agenda utama Kementerian Kebudayaan.
Salah satu langkah konkret yang kini tengah diupayakan adalah pengembalian puluhan ribu fosil yang dulu dibawa ke Belanda oleh Eugene Dubois.
Baca juga: Menbud Fadli Zon: Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Sudah Rampung 70 Persen
"Kementerian Kebudayaan sedang berusaha mengembalikan semua koleksi melalui negosiasi repatriasi. Kita bisa meyakinkan dari awal bahwa kita ini bisa menjadi ibu kota kebudayaan dunia," ucapnya.
Lebih jauh, Fadli Zon menyampaikan harapannya agar berbagai temuan arkeologis dapat ditempatkan dalam konteks yang tepat bisa melalui museum atau ruang-ruang edukatif yang relevan.
Ia menegaskan, langkah ini selaras dengan amanat konstitusi untuk mengangkat kebudayaan nasional agar semakin maju dalam kancah peradaban dunia.
“Warisan budaya adalah kerja peradaban, bukan kerja sektoral. Dan melalui kerja sama strategis ini, kita tidak hanya melindungi masa lalu, tapi juga membangun fondasi budaya masa depan,” ujarnya.