Ntvnews.id, Jakarta - Sebelum ditemukan meninggal secara tragis di kamar kosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, diplomat Kementerian Luar Negeri RI, Arya Daru Pangayunan (39), sempat menuliskan salah satu misi paling menyentuh dalam perjalanan tugasnya: pemulangan tujuh anak pekerja migran Indonesia dari Taiwan.
Melalui tulisan yang diunggah pada 31 Juli 2023, Arya mengisahkan pengalamannya pada 24 Juli 2023 saat menjadi bagian dari tim Direktorat Perlindungan WNI (PWNI), Kemenlu RI, dalam upaya membawa pulang anak-anak Indonesia berusia 3 hingga 7 tahun yang telah lama tinggal di sebuah panti di Taipei.
Anak-anak tersebut merupakan buah dari hubungan yang tak diakui atau kondisi sosial yang sulit, ditinggalkan oleh orang tua mereka yang bekerja secara tidak sah di Taiwan. Karena tidak memiliki dokumen resmi, mereka tidak bisa mengakses pendidikan formal dan hak-hak dasar lainnya di sana.
“Karenanya, ketujuh anak tersebut tidak memiliki dokumen yang lengkap yang tidak memungkinkan mereka untuk mengenyam pendidikan formal di Taiwan. Direktorat PWNI bekerja sama dengan Direktorat Rehabilitasi Sosial (Rehabsos) Anak, Kementerian Sosial (Kemensos), serta Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei memiliki program untuk memulangkan anak-anak tersebut ke Indonesia agar mereka dapat memperoleh hak pendidikan yang layak,” tulis Arya dalam artikelnya.
Namun, misi ini tidak berjalan seperti penugasan diplomatik pada umumnya. Karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, Arya dan timnya harus bertindak secara hati-hati.
“Keberangkatan kami pun harus memperoleh clearance dari Direktorat Keamanan Diplomatik, Kemenlu di mana kami diingatkan agar tidak membawa atribut kenegaraan, serta menjaga sifat kunjungan ke Taiwan sebagai kunjungan yang tidak resmi dan tidak dalam kerangka kerja sama G to G,” jelasnya.
Arya menggunakan paspor hijau, bukan paspor hitam diplomatik dan menghindari simbol-simbol negara selama menjalankan tugas. Di sana, ia terlibat langsung dalam proses pengasuhan dan pendekatan kepada anak-anak yang hanya bisa berbahasa Mandarin, termasuk mengurus anak paling aktif yang bernama Gibran.
“Setelah beberapa hari anak-anak tersebut berada di Sentra Handayani, saya dikirimkan foto anak-anak tersebut dengan wajah ceria yang membuat saya lega mengetahui bahwa anak-anak tersebut diperlakukan dengan penuh kasih sayang selama berada di Sentra Handayani,” tulis Arya, menutup kisahnya dengan haru.
Kabar meninggalnya Arya Daru Pangayunan mengejutkan banyak pihak. Ia ditemukan tak bernyawa pada Selasa, 8 Juli 2025 di kamar kosnya dengan kondisi wajah dan kepala dilakban serta tubuh diselimuti di atas kasur. Polisi kini tengah menyelidiki kasus ini secara intensif. Sejumlah saksi telah diperiksa dan rekaman CCTV dari sekitar lokasi sedang dianalisis.