A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

Pelabuhan di Israel Tutup Akibat Krisis Keuangan - Ntvnews.id

Pelabuhan di Israel Tutup Akibat Krisis Keuangan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 20 Jul 2025, 07:05
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Adiantoro
Editor
Bagikan
Bendera Israel/ist Bendera Israel/ist

Ntvnews.id, Tel Aviv - Pelabuhan Eilat di Israel akan menghentikan seluruh operasionalnya mulai Minggu mendatang setelah gagal melunasi utang, menyusul penurunan pendapatan yang signifikan akibat serangan kelompok Houthi terhadap jalur pelayaran di Laut Merah.

Menurut laporan harian ekonomi Israel The Calcalist, yang dikutip dari Middle East Eye, Minggu, 20 Juli 2025, pemerintah kota Eilat telah membekukan rekening bank pelabuhan senilai sekitar 10 juta shekel (sekitar Rp48 miliar) karena tunggakan pajak.

Penurunan drastis volume pengiriman barang terjadi karena kelompok Houthi menargetkan kapal-kapal yang memiliki keterkaitan dengan Israel. Dalam pernyataan resminya pada Rabu, Otoritas Pengiriman dan Pelabuhan Israel menyebutkan bahwa pelabuhan Eilat tengah menghadapi krisis keuangan yang parah.

"Pemerintah kota Eilat telah menyita seluruh rekening bank pelabuhan karena utang pajak yang belum dibayar," kata pihak otoritas.

Baca Juga: Suriah dan Israel Sepakati Gencatan Senjata

Pendapatan pelabuhan Eilat pada 2024 hanya mencapai 42 juta shekel (sekitar Rp203 miliar), turun hampir 80% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 212 juta shekel (sekitar Rp1 triliun). Sebagian besar pengiriman dialihkan ke pelabuhan Ashdod dan Haifa di Laut Tengah.

Seorang sumber internal pelabuhan mengatakan kepada The Calcalist bahwa penutupan ini akan menjadi "simbol kemenangan Houthi dan kekalahan bagi ekonomi Israel." Kelompok Houthi, atau Ansar Allah, telah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal menuju Israel sejak perang Gaza pecah, sebagai bentuk protes terhadap agresi militer Israel di Palestina.

Hingga saat ini, serangan Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 58.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 140.000 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak. Laporan Save the Children menyebut sekitar 21.000 anak dilaporkan hilang.

Anggota parlemen Israel dari Partai Yisrael Beiteinu, Oded Forer, menyebut penutupan pelabuhan ini sebagai "aib nasional."

“Kami sudah berkali-kali memperingatkan potensi keruntuhan pelabuhan Eilat karena kelambanan dalam menghadapi ancaman Houthi. Bukannya bertindak tegas, pemerintah malah membiarkan pelabuhan ini runtuh diam-diam,” kata Forer, yang juga menjabat Ketua Komite Penguatan dan Pengembangan Negev serta Galilea di Knesset.

Baca Juga: Israel Serang Gereja, Paus Leo Serukan Gencatan Senjata

“Setiap hari yang berlalu berarti kerugian tambahan bagi daerah pinggiran, perekonomian, dan kedaulatan negara ini,” tambahnya.

Sebelum perang, pelabuhan Eilat banyak meraup pendapatan dari aktivitas bongkar muat mobil baru. Pada 2023, tercatat 150.000 unit kendaraan dibongkar dari 134 kapal yang merapat. Namun pada 2024, tidak ada satu pun kendaraan dibongkar, dan hanya 64 kapal yang bersandar. Hingga Mei 2025, hanya enam kapal singgah di pelabuhan tersebut.

Bulan lalu, pemerintah Israel menyetujui hibah sebesar 15 juta shekel (sekitar Rp72 miliar) untuk membantu pelabuhan menutupi utangnya. Meski pelabuhan Eilat telah ditetapkan sebagai "aset nasional strategis," manajemen pelabuhan menilai dukungan itu jauh dari cukup.

Seorang pejabat pelabuhan menyebut pemerintah berharap entitas swasta bertahan hampir dua tahun tanpa dukungan memadai.

“Mereka melempar kami ke kawanan anjing. Ini menyedihkan. Ini adalah kemenangan bagi Houthi dalam perang melawan Eilat dan ekonomi Israel,” kata salah satu sumber internal kepada The Calcalist.

Krisis ini juga memukul keras tenaga kerja di pelabuhan.“Kami sempat memiliki 113 karyawan. Sekarang hanya tersisa 47 orang,” ungkap ketua serikat pekerja pelabuhan.

x|close