A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

Menkes Tegaskan Urgensi Reformasi Pendidikan Dokter Spesialis di Indonesia - Ntvnews.id

Menkes Tegaskan Urgensi Reformasi Pendidikan Dokter Spesialis di Indonesia

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 22 Jul 2025, 14:37
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin dalam kegiatan Peluncuran Program Akselerasi Pemenuhan dan Distribusi Dokter dan Dokter Spesialis di Jakarta, Selasa (22/7/2025). Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin dalam kegiatan Peluncuran Program Akselerasi Pemenuhan dan Distribusi Dokter dan Dokter Spesialis di Jakarta, Selasa (22/7/2025). (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan perlunya reformasi dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia. Menurutnya, langkah ini penting untuk memenuhi kebutuhan mendesak akan dokter spesialis di berbagai wilayah Tanah Air.

"Kita pertama punya masalah dari sisi jumlah, kita harus mengejar 70 ribu (kebutuhan dokter spesialis). Produksi kita 2.700 per tahun sekarang, it will take 26 years," ujar Menkes Budi dalam acara Peluncuran Program Akselerasi Pemenuhan dan Distribusi Dokter dan Dokter Spesialis di Jakarta, Selasa, 22 Juli 2025.

Ia menambahkan bahwa persoalan lain yang tak kalah penting adalah distribusi tenaga dokter yang belum merata. Namun, akar masalah tersebut tetap bermuara pada jumlah tenaga medis yang belum mencukupi.

"Tapi bukan berarti masalah kita hanya di distribusi. Masalah kita yang paling besar kenapa kita tidak bisa mendistribusikan, karena jumlah dokter kita kurang," jelasnya.

Dalam upaya menggenjot jumlah dokter spesialis, Menkes menilai pendekatan konvensional seperti pemberian beasiswa tidak cukup efisien jika dilakukan secara besar-besaran.

Menurutnya, satu orang dokter spesialis membutuhkan biaya sekitar Rp1 miliar untuk menyelesaikan pendidikan. Sehingga, apabila seluruh kebutuhan 70.000 dokter spesialis dipenuhi melalui skema tersebut, negara harus menanggung beban hingga Rp70 triliun.

"Dengan kepercayaan Pak Presiden, tidak mungkin dua tahun (sesuai target). Tapi we will do something, reform. Kita akan reform sesuatu. Supaya ini bisa jangan sudah 80 tahun, kita harus lakukan sesuatu," kata Menkes.

Sebagai solusi, Budi menawarkan perubahan paradigma dengan mengadopsi model pendidikan kedokteran berbasis kolaborasi antara institusi akademik dan rumah sakit umum.

Ia menyampaikan bahwa sistem ini diadopsi dari negara-negara maju seperti Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat yang memungkinkan calon dokter untuk belajar sambil bekerja.

"Mereka bekerja, mereka mendapatkan gaji, tidak usah bayar uang kuliah dan juga boleh bekerja. Sehingga dengan demikian jauh lebih murah dari sisi biaya negara dan jauh lebih tersebar perekrutannnya. Karena yang rekrut aja rumah sakit-rumah sakit lokal, yang di-upgrade mutunya," jelas Budi.

Model tersebut, lanjutnya, juga membuka peluang lebih besar bagi pemuda dari daerah untuk menempuh pendidikan dokter spesialis tanpa harus bersaing dengan peserta dari kota-kota besar.

"Putra-putra daerah akan mendapatkan kesempatan yang baik. Tidak usah dia bersaing dengan orang-orang dari Jakarta atau dari Bandung. Ini sebenarnya kita pakai bagaimana caranya kita bisa mengembangkan pendidikan ini," tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.

(Sumber: Antara)

x|close