Peneliti Ungkap Rahasia Kekuatan Struktur Situs Gunung Padang

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 5 Agu 2025, 11:35
thumbnail-author
Muhammad Fikri
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Arsip foto - Sejumlah pengunjung melintas di antara bebatuan di situs Gunung Padang, Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Minggu (7/7/2024). Situs megalitik berbentuk punden berundak yang ditemukan pada tahun 1914 tersebut menjadi salah satu objek wisata andalan di Cianjur yang menarik bagi wisatawan dan peneliti sejarah. Selasa, 5 Agustus 2025. Arsip foto - Sejumlah pengunjung melintas di antara bebatuan di situs Gunung Padang, Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Minggu (7/7/2024). Situs megalitik berbentuk punden berundak yang ditemukan pada tahun 1914 tersebut menjadi salah satu objek wisata andalan di Cianjur yang menarik bagi wisatawan dan peneliti sejarah. Selasa, 5 Agustus 2025. (Antara)

Ntvnews.id, Cianjur - Tim ahli yang tergabung dalam kegiatan penelitian dan pemugaran lanjutan di Situs Megalitikum Gunung Padang, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berhasil mengidentifikasi adanya campuran material perekat atau yang disebut sebagai semen purba pada struktur punden berundak situs tersebut.

Ali Akbar, selaku Ketua Tim Peneliti Situs Megalitikum Gunung Padang, dalam keterangannya di Cianjur pada hari Selasa, 5 Agustus 2025 mengungkapkan bahwa kekokohan situs yang telah berusia ribuan tahun akhirnya mulai terkuak melalui penemuan unsur semen purba tersebut.

"Selain memanfaatkan berat batu, ditemukan adonan perekat atau biasa disebut semen purba yang memperkokoh susunan ribuan batu berbentuk tabung persegi lima menempel erat satu sama lainnya tanpa ada perekat atau semen seperti pada bangunan moderen," katanya.

Baca Juga: Tim Ahli Sertakan Warga dalam Penelitian Situs Gunung Padang

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ketahanan struktur Situs Gunung Padang—yang bahkan diyakini lebih tua daripada Piramida Giza di Mesir—ditentukan oleh beberapa elemen penting. Di antaranya ialah metode penyusunan batu secara simetris serta berat masing-masing batu yang berfungsi saling mengunci dan menopang.

Meski kawasan situs tersebut pernah beberapa kali dilanda gempa bumi maupun bencana alam besar, struktur bangunannya masih bertahan tegak. Walaupun begitu, tim sempat menemukan beberapa bagian batu yang seharusnya berdiri, kini dalam posisi rebah atau patah.

"Kami juga mendapati adanya semen purba yang memperkuat dan mempererat susunan bebatuan, dimana hal tersebut sudah ditemukan pada penelitian awal beberapa tahun yang lalu," katanya.

Temuan ini diperkuat oleh hasil uji laboratorium terhadap sampel semen purba yang diambil dari celah antar batu. Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi tiap sampel ternyata memiliki kandungan berbeda.

Baca Juga: Ungkap Misteri Gunung Padang, Kemenbud Kerahkan 10 Ahli ke Cianjur

Pada masa awal penelitian, lapisan tersebut sempat disangka hanya berupa tanah biasa. Namun, berdasarkan pengujian laboratorium, lapisan tersebut ternyata merupakan adonan material yang terdiri atas campuran bahan seperti silika, unsur besi (ferum), serta berbagai mineral lainnya.

“Ketika bahan tersebut digabung membuat sebuah bahan yang dapat merekatkan, sehingga peneliti menyebutnya sebagai semen purba yang membuat bangunan situs kokoh selain beban dari setiap batu, sehingga mengikat satu sama lainnya dan tidak mudah bergeser," katanya.

Penemuan ini memperkuat dugaan bahwa masyarakat di masa lalu yang membangun Situs Gunung Padang telah memiliki tingkat kemajuan yang tinggi dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan, serta arsitektur. Hal ini terbukti dari kemampuannya mengolah bahan-bahan mineral menjadi perekat bangunan yang efektif.

Ali Akbar menambahkan bahwa timnya akan melanjutkan penelitian dan upaya pemugaran, termasuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap bagian teras situs. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi pondasi-pondasi mana saja yang dibangun menggunakan campuran semen purba tersebut.

Baca Juga: Mengembangkan Geowisata Gunung Padang: Sinergi Konservasi dan Kewirausahaan Komunitas

(Sumber: Antara)

x|close