Ntvnews.id, Jakarta - Suasana politik nasional kembali dinamis ketika Presiden Prabowo Subianto memanggil sejumlah tokoh lintas agama dan pemikiran yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa ke Istana. Salah satu yang hadir adalah mantan Menteri Agama, Lukman Hakim.
Lukman menceritakan undangan itu sejatinya dijadwalkan pada pukul 16.00, namun kemudian diundur setengah jam menjadi pukul 16.30. Mengenai agenda yang akan dibahas, ia mengaku belum mengetahui secara pasti.
“Rencananya membahas apa? Kita masih belum tahu mungkin masalah-masalah yang terakhir perkembangan terakhir,” ujar Lukman di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis, 11 September 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Lukman menyebut sejumlah nama besar turut hadir mendampingi. Mereka di antaranya Ketua Gerakan Nurani Bangsa Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Quraish Shihab, Romo Magnis Suseno, Omi Komaria Nurcholish Madjid, Komaruddin Hidayat, Erry Riyana Hardjapamekas, Profesor Ery Seda, hingga Laode Syarif.
Baca Juga: Prabowo Tinjau Sekolah Rakyat, Disambut Hangat Siswa
Dalam kesempatan tersebut, Lukman juga menyinggung soal situasi unjuk rasa yang belakangan ini kerap berujung bentrok. Ia menilai aparat kepolisian perlu lebih bijak dalam menyikapi ekspresi publik.
“Ya, menurut hemat saya, unjuk rasa itu adalah ekspresi menyampaikan pikiran, pendapat yang dijamin oleh konstitusi. Jadi aksi-aksi demonstrasi itu adalah bagian dari ekspresi dalam kehidupan demokrasi ini,” jelasnya.
Ia menekankan, kebebasan menyampaikan pendapat harus dihormati. Tindakan represif justru dikhawatirkan mencederai semangat demokrasi.
“Jadi tentu harapan kita itu dihormati, hak-hak setiap warga negara. Dan karenanya kalau ada kemudian tindak kekerasan, represif terhadap aksi-aksi seperti itu, kami amat sangat berharap itu sama sekali dihilangkan,” tambahnya.
Lukman juga menyoroti laporan penangkapan mahasiswa, aktivis, bahkan pelajar dengan tuduhan yang dinilai tidak jelas. Ia berharap mereka segera dibebaskan demi masa depan pendidikan yang tidak terganggu.
“Sehingga lalu kemudian harapan kita tentu mereka semua dikembalikan lagi, dibebaskan gitu. Mereka hakikatnya adalah anak-anak kita, gitu. Bahkan tidak hanya mahasiswa, pelajar-pelajar yang sebenarnya itu adalah ekspresi luapan mereka untuk menyampaikan aspirasinya, tidak sepatutnya untuk lalu kemudian harus ditahan,” tegasnya.