Ntvnews.id, Jakarta - Hampir 200.000 orang di seluruh Prancis ambil bagian dalam unjuk rasa pada Rabu 10 September 2025.
Adapun aksi tersebut sebagai bagian dari gerakan “Block Everything” demikian diumumkan Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau dalam konferensi pers.
Retailleau mengatakan kaum muda sangat terwakili dalam aksi protes yang ia tuding telah dibajak oleh kelompok kiri radikal dan ultra-kiri.
Ia menegaskan bahwa meskipun terdapat sangat banyak upaya untuk melumpuhkan negara, para pemblokir tidak berhasil memblokir Prancis.
Baca juga: Terekam CCTV Aksi Pencurian dengan Modus Pecah Kaca Mobil di Cipondoh
Menurut data resmi, terdapat total 812 aksi protes di seluruh negeri seperti dikutip dari Antara, Kamis 11 September 2025.
Di ibu kota Paris, bentrokan terjadi di beberapa lokasi strategis termasuk Porte d’Aubervilliers, sekolah menengah atas, dan stasiun kereta Gare du Nord.
Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa, sementara beberapa tempat sampah dibakar.
Di kawasan pusat kota Chatelet, sebuah bangunan terbakar, yang memicu intervensi besar dari pemadam kebakaran.
Saksi mata mengatakan kepada Anadolu bahwa kebakaran dipicu setelah gas air mata ditembakkan oleh aparat keamanan.
Baca juga: Eks PM Thailand Thaksin Shinawatra Dipenjara, Danantara Buka Suara
Pusat perbelanjaan Forum des Halles di jantung kota Paris juga ditutup setelah muncul seruan penjarahan saat para demonstran bergerak menuju lokasi tersebut.
Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil juga mengumumkan adanya gangguan lalu lintas udara di bandara Marseille, Nice, Bastia, Ajaccio, Figari, dan Calvi, dengan penundaan dan pembatalan penerbangan yang diperkirakan terjadi sepanjang hari.
Sebelumnya Retailleau mengatakan bahwa operasi keamanan besar-besaran telah dikerahkan, memobilisasi 80.000 personel polisi dan gendarmerie yang didukung oleh drone, helikopter, dan kendaraan lapis baja untuk mencegah blokade infrastruktur strategis.
Ia menginstruksikan pasukan keamanan untuk bertindak cepat dan tangkas. Ia juga menuduh beberapa politisi berusaha menciptakan iklim pemberontakan di Prancis.
Prancis sedang menghadapi ketegangan politik yang meningkat setelah Bayrou kalah dalam mosi percaya di Majelis Nasional pada hari Senin.
Bayrou, yang pada Juli lalu mempresentasikan kerangka anggaran untuk 2026, berusaha mendapatkan dukungan terhadap rencana penghematan hampir 44 miliar Euro (sekitar Rp846,5 triliun) sebagai bagian dari upaya mengurangi utang publik Prancis yang terus melonjak, yang kini mencapai 113 persen dari PDB.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menunjuk Menteri Angkatan Bersenjata Sebastien Lecornu sebagai perdana menteri baru pada Selasa (9/9).
Ia ditugaskan untuk mengadakan konsultasi dengan partai-partai politik sebelum membentuk kabinetnya.