Ntvnews.id, Kathmandu - Lebih dari 13.500 tahanan dilaporkan kabur dari berbagai penjara di Nepal, sementara tentara berhasil merebut kembali kendali atas ibu kota, Kathmandu.
Gelombang protes yang berujung pada kerusuhan terburuk dalam 20 tahun terakhir itu telah menewaskan 30 orang, memaksa seorang perdana menteri mundur, serta merusak bangunan-bangunan vital, termasuk gedung parlemen.
Dilansir dari AFP, Jumat, 12 September 2025, tentara kini berpatroli di jalan-jalan ibu kota demi menghentikan kerusuhan yang mematikan. Polisi menyebut, lebih dari 13.500 tahanan melarikan diri dari penjara di seluruh negeri.
Kementerian Kesehatan Nepal melaporkan, selain 30 korban tewas, ada 1.033 orang yang terluka akibat kerusuhan.
Kendaraan lapis baja militer tampak melintas di jalanan yang dipenuhi reruntuhan kendaraan terbakar, sementara pengeras suara menyerukan ketenangan di tengah kekosongan politik.
Baca Juga: Militer Nepal Tegaskan Komitmen Demokrasi di Tengah Krisis Politik
Kondisi yang sedikit lebih tenang memungkinkan terjadinya negosiasi antara pemimpin protes dan militer, meski belum menghasilkan kesepakatan final hingga akhir Rabu.
Panglima Angkatan Darat Nepal, Jenderal Ashok Raj Sigdel, juga mengadakan pertemuan dengan para pemangku kepentingan, termasuk perwakilan generasi muda atau "Gen Z" yang memimpin aksi protes.
Mantan Ketua Mahkamah Agung, Shushila Karki (73), yang banyak disebut sebagai calon pemimpin sementara, menekankan pentingnya dialog antarpartai.
"Para ahli perlu bersatu untuk mencari jalan ke depan," ujar Karki kepada AFP.
"Parlemen masih berdiri,” tegasnya.
Gen Z Jadi Motor Aksi, Parlemen Diserang
Aksi demonstrasi yang dipicu oleh larangan pemerintah terhadap media sosial dan isu korupsi berkembang menjadi kerusuhan nasional. Gerakan yang dipimpin para pemuda dengan sebutan "Gen Z" itu membakar sejumlah gedung pemerintah setelah sedikitnya 19 orang tewas dalam bentrokan awal dengan aparat.
Militer memperingatkan adanya "kegiatan yang dapat menjerumuskan negara ke dalam kerusuhan dan ketidakstabilan."
“Dua polisi tewas pada Selasa, begitu pula dengan pembobolan penjara massal,” kata juru bicara kepolisian Binod Ghimire.
Baca Juga: Ramai Negara Keluarkan Travel Warning ke Nepal Pasca Kerusuhan
Di gedung parlemen yang hangus terbakar, pengunjuk rasa menuliskan pesan perpisahan kasar kepada pemerintah yang digulingkan. Mereka menyebut para pemimpin telah memilih "perjuangan yang salah," dan menandatangani pesan itu dengan "Gen Z".
Bandara Kathmandu kembali beroperasi pada Rabu setelah sempat lumpuh akibat kerusuhan.
Kerusuhan juga menyasar rumah KP Sharma Oli, Perdana Menteri berusia 73 tahun yang telah empat kali menjabat. Rumahnya dibakar massa pada Selasa, sebelum akhirnya ia mengundurkan diri untuk memungkinkan "langkah-langkah menuju solusi politik." Hingga kini, keberadaannya tidak diketahui.
Di tengah situasi kacau, sebagian warga menuding politisi sebagai biang kerok krisis. Dev Kumar Khatiwada (60), pensiunan polisi, menilai pemerintah yang terguling pantas disalahkan.
"Ini akibat perbuatan buruk para pemimpin kita," ujarnya. Ia mengutuk tindakan perusakan gedung-gedung besar.
"Vandalisme bukanlah jalan keluar yang tepat dari masalah ini,” pungkas Khatiwada.