Maskapai Pesawat Bakal Hapus Israel dari Daftar Tujuan Penerbangan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 15 Sep 2025, 07:05
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi Pesawat Ilustrasi Pesawat (Istimewas)

Ntvnews.id, Dublin - Maskapai penerbangan terbesar di Eropa, Ryanair, mengumumkan kemungkinan besar akan menghapus Israel dari daftar negara tujuan. Ryanair menegaskan tidak akan kembali melayani rute ke Israel meski konflik terkait perang Gaza mereda.

Dilansir dari Independent, Senin, 15 September 2025, Keputusan ini diambil setelah maskapai tersebut merasa 'dipermainkan' oleh otoritas bandara Israel.

CEO Ryanair, Michael O'Leary, dalam konferensi pers di Dublin, Irlandia, menyatakan, "Ada kemungkinan besar kami tidak akan kembali ke Israel."

Pernyataan ini merujuk pada pengalaman tidak menyenangkan dengan otoritas Bandara Ben Gurion di Tel Aviv, yang menetapkan biaya lebih tinggi untuk penggunaan terminal utama ketika terminal berbiaya rendah ditutup dengan alasan keamanan.

Sebelumnya, Ryanair telah menghentikan penerbangan ke Israel hingga setidaknya 25 Oktober 2025. Langkah ini sejalan dengan keputusan sejumlah maskapai internasional lain yang menangguhkan operasional akibat konflik yang masih berlangsung.

Baca Juga: Parlemen AS Minta Turki Berhenti Dukung Hamas untuk Dapat Beli Pesawat Canggih

"Kecuali pihak Israel bersikap lebih serius dan berhenti mempersulit kami, kami lebih memilih untuk mengembangkan operasi di wilayah lain di Eropa," jelas O'Leary, dikutip dari Independent.

Ia juga mengungkapkan bahwa Ryanair berencana kembali membuka penerbangan ke Yordania dalam waktu dekat.

Baca Juga: KNKT Selidiki Kasus Pesawat Amole Air Terbakar di Bandara Aminggaru Ilaga

Sementara itu, sehari sebelum pernyataan O’Leary, beberapa bandara di Polandia ditutup sementara setelah negara tersebut menembak jatuh drone Rusia. Insiden ini mengganggu lalu lintas udara dan memicu keterlambatan penerbangan di Eropa, meski situasi kembali normal beberapa jam kemudian.

"Gangguan seperti ini akan menjadi masalah berkelanjutan bagi semua maskapai dan warga Eropa dalam beberapa tahun ke depan. Risikonya lebih kepada gangguan operasional, bukan soal keamanan," tutur O'Leary.

TERKINI

Taliban Afghanistan Bakal Normalisasi Hubungan dengan AS

Luar Negeri Senin, 15 Sep 2025 | 09:10 WIB

Cahaya Misterius Buat Bingung Ilmuwan

Luar Negeri Senin, 15 Sep 2025 | 09:05 WIB

Politisi Finlandia Akui Dirinya Pernah Jadi Pekerja Seks

Luar Negeri Senin, 15 Sep 2025 | 09:00 WIB

China Luncurkan Penerbangan Terpanjang Dunia

Luar Negeri Senin, 15 Sep 2025 | 08:50 WIB

Geger Penemuan Mayat Pria Misterius di Sukabumi

Nasional Senin, 15 Sep 2025 | 08:08 WIB
Load More
x|close