Longsor Maut di Malaysia

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 17 Sep 2025, 05:55
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi peristiwa tanah longsor dahsyat di India. /ANTARA/Anadolu/py Ilustrasi peristiwa tanah longsor dahsyat di India. /ANTARA/Anadolu/py (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Bencana tanah longsor melanda negara bagian Sabah, Malaysia, setelah diguyur hujan deras sejak Jumat, 12 September 2025 waktu setempat. Peristiwa tersebut menewaskan sedikitnya 12 orang di sejumlah wilayah Sabah.

Menanggapi bencana ini, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim langsung memerintahkan pemerintah federal untuk turun tangan membantu pemerintah negara bagian Sabah dan otoritas distrik. Pemerintah pusat juga menyiapkan dana bantuan sebesar RM10 juta atau sekitar Rp39 miliar melalui Badan Penanganan Bencana Nasional.

"Saya amat tergerak atas akibat dari bencana banjir yang hingga kini melanda negara bagian Sabah. Saya telah memerintahkan jejeran Kabinet Madani (Persatuan) untuk segera dimobilisasi demi membantu masyarakat terdampak agar bantuan dapat sampai kepada mereka tanpa halangan," ucap Anwar, dikutip dari Bernama, Rabu, 17 September 2025.

Baca Juga: Bahlil: Pencarian Korban Longsor Tambang Freeport Terus Dilakukan

Pakar iklim Renard Siew kepada CNA menilai hujan deras ekstrem yang memicu banjir dan longsor merupakan fenomena "new normal" di Asia Tenggara. Ia menyoroti tren perubahan iklim yang membuat cuaca semakin tidak menentu.

"Yang kami amati bukan hanya banjir yang lebih sering, tetapi juga ketidakpastian yang lebih besar, curah hujan yang datang lebih awal atau lebih lambat dari perkiraan, terkonsentrasi dalam waktu singkat, sehingga berdampak ke infrastruktur dan masyarakat," jelas Siew.

Baca Juga: Basarnas Siaga Evakuasi Karyawan Freeport yang Terjebak Longsor

Ia menambahkan bahwa hujan intens di Sabah "tampaknya lebih cepat dari yang diperkirakan."

Sebagai perbandingan, bulan lalu Vietnam dan Thailand juga mengalami longsor akibat banjir besar yang dipicu topan Kajiki, menewaskan sejumlah orang di kedua negara. Fenomena ini, menurut para ahli, menjadi bukti nyata bahwa bencana hidrometeorologi semakin sering menghantam kawasan Asia Tenggara akibat perubahan iklim.

x|close