Trump Kaitkan Isu Pengakuan Negara Palestina dengan Tindak Kekerasan Hamas

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 23 Sep 2025, 23:00
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Presiden AS Donald Trump Presiden AS Donald Trump (Istimewa)

Ntvnews.id, New York - Dalam bagian lain dari pidatonya di Majelis Umum PBB ke-80 di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, Donald Trump mengaitkan isu pengakuan negara Palestina dengan tindak kekerasan Hamas. Ia menyatakan bahwa ia telah terlibat dalam upaya mencapai gencatan senjata di Gaza dan bahwa pihak-pihak yang bernegosiasi "harus menyelesaikannya."

Namun, ia kemudian menyoroti fakta bahwa beberapa negara kuat baru-baru ini telah mengakui negara Palestina.

Trump mengklaim bahwa "ini akan menjadi hadiah" atas kekejaman Hamas. Alih-alih mengalah pada "tuntutan tebusan Hamas," Trump mengatakan mereka yang menginginkan perdamaian harus bersatu dalam satu pesan: "membebaskan para sandera sekarang."

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa seruan tersebut mendapat dukungan luas. Ia menambahkan bahwa keluarga sandera Israel menginginkan jenazah para sandera yang diambil oleh Hamas dikembalikan, sama seperti jika mereka masih hidup.

Baca Juga: Trump Bakal Gelar Pertemuan Multilateral dengan Pemimpin Negara Muslim di PBB

Selama pidatonya, Trump juga menyisipkan beberapa anekdot pribadi. Ia menceritakan kepada hadirin bahwa ia pernah mengajukan tawaran—saat ia masih menjadi pengembang properti—untuk merenovasi gedung PBB. Menurutnya, PBB "memutuskan untuk mengambil arah yang berbeda," yang menghasilkan "produk yang jauh lebih rendah."

Sambil menyinggung masalah eskalator yang dialaminya hari ini, ia menambahkan bahwa PBB "bahkan tidak mendapatkan lantai marmer yang saya janjikan kepada mereka." Dengan candaan ini, ia kemudian mempertanyakan apakah PBB mampu memainkan "peran produktif" dalam urusan dunia.

Secara keseluruhan, pidato Trump mencakup berbagai isu, mulai dari konflik global yang kompleks hingga anekdot pribadi, semuanya disampaikan dengan gaya khasnya yang lugas dan konfrontatif. Ia tidak hanya membahas ancaman nuklir dan konflik regional, tetapi juga memanfaatkannya untuk memperkuat citra kepemimpinan kuatnya di panggung internasional.

 d

x|close